Sunday, January 24, 2016

Menulis, siapa takut?

Bismillahirrahmanirrahim.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”-Pramoedya Ananta Toer

Assalamu'alaykum.
Sebelumnya, tolong maafkan dan abaikan judul yang terkesan begitu sok di atas :'D

Alhamdulillah, malam ini ketiduran lebih awal dan kebangun awal banget masyaaAllah :'D

Beberapa saat setelah terbangun tadi tuh tanpa direncanakan malah asyik baca baca akibat dari iseng liat-liat akun salah seorang teman di pesbuk yang tanpa disadari mengantarkan aku kepada dua alamat blog yang pemiliknya ngga aku kenal. Salah satu hal luar biasa yang aku dapat adalah yaaa secara ngga langsung aku jadi ingin menulis ya ampuuuunnn :')
Berikut sedikit pandanganku tentang mereka...

Sebut saja yang pertama itu D, pemilik blog perempuan yang satu ini tuh luar biasa loh. Jadi ada saat dimana dia punya tekad untuk terus menerus posting selama tiga puluh hari tanpa putus dan amazingnya tuh yaaa benar-benar clear. Terwujud. Titik. Satu hal 'ajaib' lainnya, ketika liat-liat list postingannya tuh taunya aku tertarik untuk baca sampai sekitar 15 tab tulisan dia. Yaaa, mungkin aku tertarik sama gaya bahasa dan cara penyampaiannya. Ntah mengapa, rasanya sukaaaa aja baca tulisan yang memang ditulis dengan penyampaian yang apa adanya lalu mengalir begitu saja dan ahh... aku mah jauh banget dari kriteria macam itu. Tapi alhamdulillah, aku cukup bangga dengan salah satu aktivitas yang aku sukai ini. Nah, si D ini mulai menulis blog sejak tahun 2010 tepatnya pada bulan Maret.

Berikutnya A, laki-laki yang mulai menulis blog sejak bulan April tahun 2013. Salah satu hal yang menginspirasi dari si A ini adalah.... dia tuh bisa update dua sampai tiga postingan dalam satu hari, bahkan lebih. MasyaaAllah :') Mungkin dia bergabung di blog baru-mau-akan tiga tahun, tapi postingan pada blognya tuh sudah lumayan banyak juga loh. Dan itu tadi karena luar biasanya dia yang bisa update ngga hanya satu postingan dalam satu hari.

Dear kedua orang itu, terimakasih yaaa karena aku sudah diperkenankan buat 'mampir' dan 'singgah' sejenak di blog kaliaaaannn. Tetap SEMANGAT dan saling menyemangati dalam berkarya melalui tulisan! tentunya yang ngga ada unsur mudharat di dalamnya :)

Sebenarnya menulis memang bukan suatu hal yang sulit, terlebih lagi ketika kita menulis untuk diri kita sendiri. So, orang lain ngga bisa sembarangan menyalahkan cara serta gaya penyampaian yang kita gunakan. Tetapi lagi-lagi tergantung isi dari tulisan yang kita buat juga sih yaaa. Kalau ternyata tulisan kita memuat unsur sindiran, cacian, hinaan, cemoohan, makian dan semacam itu yang terlebih lagi menyebutkan subjek serta pihak yang disudutkan yaaaa ngga heran juga kalau itu akan 'memancing' tanggapan dari pihak lainnya. Nah, pelajaran juga nih buat aku sendiri.. bagaimanapun dan sebisa mungkin keluarkan kata-kata (baik langsung, maupun melalui tulisan) yang baik-baik. Daripada sibuk kritik sana-sini, lebih baik ngaca dulu sama diri sendiri. Kayak kata Deddy. C "ngaca dulu deh" yang ucapannya sempat dijadikan bahan meme. Selain itu, mama juga sering berpesan "sama-sama berucap, mending yang baik-baik yaaa dek.." sesuai juga dengan sabda Rasulullah:

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍْﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠﻴَﻘُﻞْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﻟِﻴَﺼْﻤُﺖ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” - Muttafaq‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no. 47

***

Sebelum kembali kepada pembahasan tentang menulis, ijinkan aku meminta maaf atas segala ke-amatir-an-ku dalam menulis. Yaaa barangkali sering menyinggung, menyindir, menyudutkan ataupun buat sakit hati dan semacam itu. Maapin yaaa, maapin.. InsyaaAllah jadi bahan introspeksi diri juga buat ke depannya *aamiin! :')

Terkait dengan menulis ataupun membuat tulisan, dalam salah satu buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an ada bacaan seperti ini...
____________

Melihat jumlah buku saya yang sudah terbit, beberapa pembaca juga tak sedikit yang tanya, "Gimana sih cara memelihara produktivitas dalam menulis?"

Jujur, beberapa bulan terkahir saya sangat disibukkan dengan kuliah. Ada kerja praktik selama dua bulan di sebuah perusahaan, ada Tugas Akhir, ada seminar proposal, ada tugas proyek, serta masih ada beberapa kuliah. Tetapi beberapa bulan terakhir, buku-buku baru 'kok' malah bermunculan? Kapan nulisnya?

Hey, nulis kan nggak harus duduk manis dalam kamar sambil menatap layar komputer. Ide-ide kan bisa muncuk kapan dan dimana saja. Kalau idenya tiba-tiba muncul waktu di jakab, apa harus nunggu ntar malam baru menuliskannya? Ya keburu ilang.

Menulislah kapan pun dan dimana pun itu selagi sempat. Sekadar cerita, beberapa buku yang baru terbit kebanyakan saya tulis di ruang tunggu jurusan lho. Ceritanya, beberapa waktu terakhir kan saya sering banget tuh duduk di ruang tunggu sekretariat jurusan untuk nunggu dosen. Lha, daripada duduk kehilangan banyak waktu, mending dipakai nulis.

Mungkin ada yang tanya, "Berarti ke mana-mana harus sedia laptop dong?"

Hei, sapa suruh nulis selalu di laptop. Tulis di kertas kan juga bisa pakai pulpen.

"Wah, males, nanti ngetik-ngetik ulang."

Gini nih, adaaa aja alasannya. Baik-baik. Saya juga paling males ngetik ulang. Tapi teknologi sekarang kan makin canggih tuh. Saya yakin hampir semua dari kita punya HP. Nah, manfaatkanlah kemajuan teknologi seoptimal mungkin. Saya biasanya nulis di HP. Yang ngeliat ngiranya saya sedang SMS-an atau nge-game di HP. Padahal sedang nulis buku, hehe.

Atau kalau pas butuh nulis cepet, saya juga sering nulis di kertas. Tapi karena saya paling males ngetik ulang, maka setelah tulisan itu selesai, saya minta asisten saya untuk menuliskannya. "Wuih, punya asisten?" Asisten itu adalah adik saya yang kebetulan juga kuliah di kampus yang sama. Hehe...
_____________

Dan itu tadi aku re-type berdasarkan rangkaian kata pada buku beliau.
Berikut ini satu lagi paragraf tambahan yang mudah-mudahan bisa juga memotivasi untuk terus berkarya melalui tulisan dan ngga bosan untuk membuat tulisan, terkhusus untuk aku sendiri.
Ya, prokdutivitas bukan terkait dengan fasilitas. Ia lebih bergantung pada niat dan minat kita untuk selalu menulis. Dulu sebelum ada mesin ketik, sebelum ada laptop, sebelum ada komputer, Imam Ghazali, Imam Syafi'i, Imam Nawawi dan beberapa ulama lampau saja bisa menghasilkan kitab segitu banyaknya. Tebel-tebel lagi. Lalu bandingkan dengan kehidupan kita saat ini yang sebenarnya sangat mendukung.

Seketika teringat, aku tuh masih ada 'kontrak' challenge gitu dengan orang yang lebih tua dari aku sampai dengan pertengahan Mei mendatang. Beliau salah satu blogger juga dan yaaa menginspirasi juga loh, walaupun tulisannya lebih gaje dari pengakuannya :p
Sebenarnya tantangan yang aku tawarkan itu hanya sebagai salah satu alasan saja, supaya tahun ini aku ngga kalah seperti tahun sebelumnya *ups* Tetapi ini menarik, bukan? Mari berSEMANGAT untuk melanjutkan yeeeeeyy (ง ˙o˙)ว

Bebicara tentang blog...
Beberapa bulan lalu dua orang temanku yang juga suka menulis dengan tulisan yang jauh lebih luar biasa menawarkan untuk beralih ke salah satu situs yang tidak jauh berbeda dengan blogspot dan juga word*press. Tetapi terlalu banyak pertimbangan dan lain-lain, sehingga aku harus mempertahankan blog ini :') XD

Tujuan awal aku buat blog tuh yaaa karena tuntutan tugas TIK saat itu, sepertinya memang ngga ada hal lain yang menjadi latar belakang dari semua ini. Tetapi berhubung karena sudah terlanjur dibuat, maka alangkah baiknya juga untuk terus dipergunakan, bukan?

Alhamdulillah, dari jaman SD tuh aku sudah suka meluapkan segala macam hal yang dipikirkan ke dalam bentuk gambar; coretan; tulisan. Itu semua dilakukan tanpa tuntutan, termasuk menulis itu tadi. Yaaa, mungkin semacam mengarang atau bercerita gitu. Dari dulu bahasaku yaaa gini gini aja sepertinya ~o~

Pernah suatu ketika aku lagi bongkar kardus jaman SD-SMP gitu, lalu nemu berbagai tulisan yang buat malu sendiri juga ketika membacanya. Bahkan sampai SMApun juga sama, ada beberapa tulisan yang ternyata sempat dibuat dan semua itu berdasarkan pengalaman pribadi. Sejujurnya, aku tuh memang agak jarang berbicara hal-hal fiktif kecuali 日向ネジ :')

Mengapa memilih untuk menulis?

Lagi-lagi aku ingin mengutip beberapa paragraf dari buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an...
_________

Mengapa Napoleon Bonaparte mengatakan dirinya lebih merasa takut terhadap satu orang penulis ketimbang seribu orang tentara? Mungkin kalimat KH. M. Isa Anshary berikut bisa menjawabnya. "Revolusi-revolusi besar dunia," kata beliau. "..selalu didahului oleh jejak pena seorang pengarang. Pena pengarang mencetuskan suatu ide dan cita, menjadi bahan pemikiran pedoman berjuang."

Syaikh Abdullah Azzam, salah seorang pejuang pasukan Islam yang gugur di medan perang, juga pernah bertutur bahwa sejarah hanya ditulis dengan nuansa dua warna yakni merah darah para syuhada' dan hitam tinta para ulama'.

Saran saya, apa pun profesi dan sosial yang Anda pegang saat ini, sempatkan waktu untuk menulis. Bukan hanya untuk menerbitkan karya, tapi lebih untuk menerbitkan cita dab harapan bagi generasi mendatang.
_________

duhai para pejuang, sudahkah siap sedia untuk berjuang?
dalam hal ini bukan lebih pada keinginan untuk berperang,
tetapi untuk merangkai kata, kalimat serta mengarang (?)

Jadi, mari siapkan lagi SEMANGAT untuk menulis. Tuangkan apapun yang dipikirkan ke dalam tulisan. Gaya penyampaian, penggunaan kata serta ejaan tiap orang tentu tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan. Oleh karenanya, cukup percaya diri karena perbedaan itulah yang membuatmu berbeda (?)

Btw aku abis minum madu nih, semuanya jaga kesehatan loh yaaaa :3
Terakhir... ada kalimat inspiratif sebagai penutup postingan kali ini...
"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) sanggup menembus jutaan kepala.." - Sayyid Quthb

Wassalamu'alaykum.

No comments:

Post a Comment