Wednesday, December 31, 2014

[Re-share] Renungan di penghujung akhir tahun masehi: Yang Ada Hanyalah Berkurangnya Umur

Bismillahirrahmanirrahim~


Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. Kenapa sebagian orang lebih girang menyambut awal tahun? Padahal ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, di mana ajal semakin dekat. Bahkan mereka -para salaf- sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal sholih. Yang mereka terus pikirkan adalah ajal yang semakin dekat, namun amal sholih yang masih kurang.

Tanda Kebaikan Islam: Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat

Menunggu satu waktu saja tanpa amalan, itu sudah membuang-buang waktu. Karena ingatlah saudaraku bahwa waktu itu amat berharga bagi seorang muslim. Jika ia benar-benar menjaganya dalam ketaatan pada Allah atau dalam hal yang bermanfaat, itu menunjukkan kebaikan dirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim.  Demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 289).

Jika kita menyia-nyiakan waktu, itu tanda Allah melupakan kita.

‘Arif Al Yamani berkata,

إن من إعراض الله عن العبد أن يشغله بما لا ينفعه

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya’, 10: 134).

Waktu itu Begitu Berharga, Wahai Saudaraku

Waktu amat berharga, wahai saudaraku. Ia tidak mungkin kan kembali setelah berlalu pergi.

الوقت أنفاس لا تعود

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)

Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian.

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al Fawa-id berkata,

اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا

“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Imam Syafi’i pernah mendapat nasehat dari seorang sufi,

الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 3: 129.

Mereka Selalu Menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?

Basyr bin Al Harits berkata,

مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي

“Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah).

Jangan Jadi Orang yang Menyesal Kelak

Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia. Bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal sholih. Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu. Allah Ta’ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun: 99-100).

Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal.

Allah Ta’ala berfirman,

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir: 37).

Dalam ayat lainnya disebutkan pula,

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”” (QS. As Sajdah: 12).

وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”” (QS. Asy Syura: 44).

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

“Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Ghafir: 11-12).

Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37)

Renungkan: Umurmu yang Berkurang

Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. Mengapa kita selalu berpikir bahwa umur kita bertambah, namun tidak memikirkan ajar semakin dekat? Benar kata Al Hasan Al Bashri, seorang tabi’in terkemuka yang menasehati kita agar bisa merenungkan bahwa semakin bertambah tahun, semakin bertambah hari, itu berarti berkurangnya umur kita setiap saat.

Hasan Al Bashri mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)

Al Hasan Al Bashri juga pernah berkata,

لم يزل الليلُ والنهار سريعين في نقص الأعمار ، وتقريبِ الآجال

“Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383).

Semisal perkataan Al Hasan Al Bashri juga dikatakan oleh Al Fudhail bin ‘Iyadh. Beliau rahimahullah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi rooji’un.” “Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya. Jadi pada Allah-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.” Lihat percakapan Fudhail ini dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383.

Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur. Seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan bagaimanakah amal kita selama hidup ini?

Bukankah yang Islam ajarkan, kita jangan hanya menunggu waktu, namun beramallah demi persiapan bekal untuk akhirat.

Ibnu ‘Umar pernah berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini mengajarkan untuk tidak panjang angan-angan, bahwa hidup kita tidak lama.

‘Aun bin ‘Abdullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu. Karena begitu banyak orang yang menemui hari besok, ia malah tidak bisa menyempurnakannya. Begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia malah tidak bisa menemui hari esok. Seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terhadap sikap panjang angan-angan.” ‘Aun juga berkata,

إنَّ من أنفع أيام المؤمن له في الدنيا ما ظن أنَّه لا يدرك آخره

“Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa bahwa hari besok sulit ia temui.” Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 385.

Di Balik Menunggu Pergantian Tahun

Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, moga yang berhati lembut bisa sadar bahwa waktu itu begitu berharga walau 1 detik saja. Namun coba lihatlah perayaan tahun baru yang dirayakan kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri. Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena bela-belain menunggu pergantian tahun. Kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta. Seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur. Yang mesti dipikirkan adalah umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal sholih yang harus kita tingkatkan. Inilah yang lebih urgent.

Kalau kita yakin umur kita berkurang, waktu ajal kita semakin dekat, lantas apa gunanya merayakan [?]

Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan di antaranya:

1- Merayakan perayaan non-muslim karena perayaan ini tidak pernah ada dalam Islam.

2- Mengikuti budaya orang kafir.

3- Berbagai maksiat dan bid’ah yang muncul saat perayaan tahun baru.

4- Meremehkan shalat lima waktu karena sibuk begadang.

5- Begadang untuk menunggu pergantian tahun pun sia-sia.

6- Seringnya mengganggu kaum muslim dengan petasan dan semacamnya.

7- Meniru perbuatan setan dengan bersikap boros.

Semoga menjadi nasehat berharga bagi kita semua. Wallahu waliyyut taufiq. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Tuesday, December 30, 2014

[Re-share] Muhasabah Akhir Tahun

Oleh Ust Abdullah Muadz*

Setiap tahun berganti berarti umur berkurang. Bagi akal dan jiwa yang sehat jika umur dikurangi tentu akan bersedih, merenung, introspeksi, evaluasi, prihatin serta lebih berhati-hati dalam melangkah. Sangat aneh jika seseorang yang tahu umurnya berkurang malah kegirangan, jingkrak-jingkrak, joged-joged, meniup trompet sambil bakar kembang api. Kalau perlu kita periksa kesehatan akal dan jiwa, sehingga selalu terjaga dari segala perbuatan dan tindakan yang irrasional.

Allah berfirman :

“Janganlah kamu ikut-ikutan  terhadap segala sesuatu yang belum kamu miliki pengetahuannya, karena sesungguhnya pendengaran, penghlihatan dan hati akan diminta pertanggung jawabannya."
(Q.S. Al-Isra’ (17) ayat : 36)

Ada beberapa hal yang menjadi bahan renungan setiap mengakhiri tahun, agar kita mampu mempertanggung jawabkan akal fikiran serta jiwa kita dihadapan Allah SWT.

Pertama,

Allah SWT senantiasa menyuruh kita berbuat dan bertindak Rasional, mengembangkan kreatifitas positif. Segudang kalimat perintah untuk mengaktifkan akal fikiran kita dalam Al-Qur’an bisa kita jumpai, misalnya “apakah mereka tidak berfikir”, “apakah kamu tidak memakai otak” , “apakah kamu tidak memperhatikan”, “apakah kamu tidak mentadabburkan” , “apakah kamu tidak berjalan dimuka bumi kemudian perhatikan “ dan sebagainya.

Prilaku irrasional yang bertentangan dengan akal dan jiwa yang sehat, tetapi jika dikemas sedemikian rupa dengan gebyar iklannya serta dilakukan banyak orang, bisa mematikan akal sehat. Sekedar contoh mengekspresikan kegembiraan lulus sekolah dengan corat-coret baju, jelas-jelas irrasional dan jaka sembung naik ojek. Faktanya dilakukan oleh hampir seluruh siswa, bahkan ada oknum guru yang ikut menandatangi di baju muridnya dengan spidol.

Begitu juga kalo ada orang dewasa meniup lilin pada kue ulang tahun, kemudian diberikan tepuk tangan..? dimana hebatnya? biasanya tepuk tangan mengiringi prestasi, terus hebatnya dimana orang dewasa niup lilin? kalo dijadikan symbol batas bertambahnya usia, lalu apa hubungannya batas usia dengan lilin? nahloh! makin banyak kebingungan jika kita mau bertanya kepada akal dan jiwa yang sehat.

Sebentar lagi kita akan menyaksikan di penghujung akhir tahun tengah malam orang-orang yang secara masal melakukan perbuatan dan tindakan irrasional, mulai dari jingkrak-jingkrak, menyanyi, berjoged, bakar kembang api, trek-trekan, konvoi malam, sampai kepada pergaulan bebas. Saat itu akal dan jiwa yang sehat semakin terkekang karena gebyar malam tahun baru didukung oleh media informasi yang sedemikian meriahnya.

Jika akal dan fikiran sehat sudah terkekang maka yang terjadi adalah nafsu semakin liar, buas, ganas, semakin tak terkendali. Larisnya berbagai macam merek Kondom satu indikator bahwa perayaan malam tahun baru adalah malam mengumbar nafsu.

Kedua,

Allah SWT telah menjadikan kita makhluq yang paling sempurna (Q.S Attiin (95) ayat : 1 ), Makhluq paling mulai serta dilebihkan dari semua makhluk yang lain (Q.S Al-Isra’ (17) ayat 70 ), serta memberi kedudukan manusia sebagai Khalifatullah fil Ardh ( Q.S Al-Baqarah(2)   ayat : 30). Diantara keistimewaan yang diberikan kepada manusia lagi lagi Akal dan fikiran. Dengan akal dan fikiran ini  manusia menjadi makhluq yang berbudaya, makhluq yang berkembang, makhluq yang mempunyai Visi , misi serta orientasi serta tujuan hidup yang sangat jauh berbeda dengan binatang.

Aktifitas hari-hari binatang adalah makan, tidur, kawin, buang air terus beranak, anaknya bisa makan lagi, tidur, kawin, buang air dan seterusnya. Apabila akal fikiran manusia tidak dikembangkan untuk menjaga visi, misi serta orientasi yang jelas berbeda, maka fungsinya hanya akan berkembang untuk mempercanggih sarana aktifitas kehewanan, budayanya berkembang hanya untuk melengkapi serta memfasilitasi nafsu hewannya, makan dengan piring, tidur dengan kasur, buang air dengan toilet dan seterusnya, tujuannya tetap sama makan, tidur, kawin, buang air, beranak, anaknya bisa makan, tidur, kawin, buang air dan seterusnya .

Allah SWT berfirman :

“Orang-orang kafir kerjanya cuma bisa bersenang-senang, dan mereka hanya memikirkan makan dan minum persis sama dengan makan dan minumnya binatang." (Q.S. Muhammad(47) ayat : 12 )

Menjaga harga diri kita sebagai manusia, berarti menjaga akal dan fikiran kita agar tidak terkekang oleh hawa nafsu, agar terpelihara dari segala tindakan dan aktifitas yang tidak masuk akal, agar kita melangkah dengan penuh kepastian, agar kita mampu menatap masa depan dengan tajam sampai ke negeri akhirat, agar kita tidak melakukan aktifitas dan tindakan murahan, amoral serta harus berbeda dengan binatang dan makhluq lainnya. Mudah-mudahan main Facebook nya kita juga bukan hanya mencari kesenangan dan kenikmatan.

Ketiga,

Allah SWT, menyuruh kita agar memelihara dari segala perkataan dan perbuatan jangan sampai ada yang sia-sia (Q.S Al-Mu’minuun(23) ayat : 3 ). Ukuran perbuatan seseorang itu sia-sia atau tidak, sangat jelas, apabila seluruh aktifitas kita dalam rangka zikir dan fikir (dalam arti luas), maka itulah aktifitas yang bermanfa’at (Q.S Ali Imran (3) ayat : 190-191)

Bagaimana jika suatu acara terdapat pemandangan mengumbar aurat, goyang bokong, syair serta lirik lagu-lagu murahan, sperti goyang dombret, wakuncar, kucing garong, bang toyyib, sms dan sebagainya, lawakan tidak berbobot... jadi sering kali bukan saja acaranya sia-sia, tetapi sudah banyak unsur kamaksiatannya. Padahal ciri masyarakat modern adalah sangat menghargai waktu, mereka akan sangat sensitive terhadap segala aktifitas yang tidak menambah Iman, Ilmu dan Income.

Percayalah tidak akan bisa membawa ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki jika hanya memenuhi keinginan nafsu. Yang ada cuma kesenangan dan kenikmatan, semakin dipenuhi semakin haus, semakin menuntut, tak akan berakhir, tak berujung, tak akan puas, kalaupun terjadi kepuasan itu hanya ada pada detk-detik pertama saja selanjutnya akan muncul tuntutan yang jauuuh... lebih besar lagi.. Begitulah sifat nafsu manusia.

Keempat, 

Terjadi pemborosan/mubazzir yang luar biasa, dengan segala atribut dan perlengkapan termasuk pembakaran kembang api besar-besaran. Allah SWT berfirman bahwa Mubazzir/Pemborosan itu adalah saudaranya syaithan. Dan syaithan itu selalu mengajak ke Neraka. (Q.S Al-Israa’ (17) ayat : 27). Pemborosan yang paling besar dan banyak adalah kerugian  Sumber Daya Manusia, berupa  menghambur-hamburkan waktu, tenaga, fikiran, perasaan dengan rela menuggu sampai tengah malam hanya untuk pesta-pesta, menyanyi, jingkrak-jingkrak, jogged, meniup trompet, bakar kembang api dan sebagainya.

Sekian banyak orang terlibat dari rakyat jelata sampai para pemimpinnya, menampilkan gaya hidup jetset, gelamor, hedonis, seolah-olah Negara kita sudah makmur dan maju. Padahal fakta berbicara sebaliknya, bahwa Negara dalam keadaan kere, pengangguran semakin banyak, pengamen dan pengemis bertambah sesak, yang tidur di tenda pengungsian belum dapat rumah, gembel, gelandangan ada dimana-mana, belum lagi yang makan nasi aking, gaplek semakin biasa. Sementara hutang Negara semaking bertumpuk, rakyat banyak yang pada ngamuk, kerusuhan terjadi dimana-mana, bencana alam datang silih berganti, dan seterusnya.

Belum lagi pemborosan material, berupa penghamburan uang untuk membeli atribut, perlengkapan, serta sarana hiburan yang digelar dimalam harinya, tak terhingga jumlahnya, catatan impor bahan-bahan untuk kembang api saja  menunjukan angka yang sangat fantastis, sekaligus ironis. Satu sisi Negara kita sedang dalam keadaan terpuruk, miskin, kere, sisi lain gaya hdup masyarakatnya tidak menunjukan hal demikian.

Terjadi kesenjangan yang semakin melebar. Ada yang dengan mudahnya mengluarkan uang sekian besar hanya untuk hura-hura, ada kehidupannya semakin tercekik, terhimpit dan semakin sempit tinggal menunggu ajal dari langit. Hati semakin keras, hilang rasa sensitive, bantuan-bantuan bencana hanya menjadi lift servis atau komoditas politik untuk menarik simpatik, tetapi tidak pernah tuntas penyelesaiannya. Bahkan tega-teganya masih ada yang berani menilep dana bantuan.

Kelima, 

Sudah menjadi “Pengetahuan Umum” bahwa malam tahun baru dan valentine day adalah malam yang paling laris penjualan peralatan Sex. Memang tidak semuanya orang melakukan kebebasan seks malam tahun baru, tetapi kalau tidak kita antisipasi dari sekarang, kejadiannya akan bisa sama dengan corat-coret baju ketika lulus ujian, awalnya memang dianggap aneh, tetapi lama-lama kelamaan sekarang menjadi lumrah, bahkan seolah menjadi ceremony wajib bagi yang lulus ujian.

Begitulah kehebatan syaithan menggiring manusia dalam menciptakan budaya maksiat. Di salah satu sudut kota Sidney setiap tahunnya ada festival homo sedunia, orang homo bisa melakukan apa saja, dimana saja di sekitar sudut kota tersebut. Jadi perbuatan segila apapun, sejijik bagaimanapun kalau terus-menerus diiklankan dengan gebyarnya, maka nanti akan menjadi biasa dan lumrah.

Syaithan punya strategi secara bertahap, kalau sekarang belum semua melakukan, paling tidak opini umum terbentuk lebih dahulu, bahwa dibalik acara tahun baru ada acara kebebasan yang sangat menyenangkan dan penuh kenikmatan biologis. Lama-lama kelaman akan bisa sama seperti di Negara-negara lainnya, kebebasan tanpa batas. Naudzubillah min dzaalik.

Mudah-mudahan kita masih punya akal sehat, jiwa  bersih, fikiran  kritis, sehingga kita mampu menangkap fenomena dan fakta apa yang sedang terjadi sesungguhnya. Mudah mudahan pula kita masih punya kekuatan untuk bisa berkorban apa saja dari segala yang kita miliki, demi keutuhan rumah tangga dan keselamatan anak-anak kita. Amiiien…

*Ust Abdullah Muadz, Ketua Dewan Pembina Pesantren Ma'rifatussalam Subang

Monday, December 29, 2014

[Re-share] Sulaiman al Qanuni Versi Sejarahwan Muslim dan Orientalis

Oleh: Fadh Ahmad Arifan*

A. Pendahuluan

Di penghujung akhir tahun 2014, muncul polemik mengenai penayangan serial film King Suleiman di A*TV. Di Negara Turki sendiri, film ini dilarang tayang oleh Erdogan. Sedangkan di Indonesia, film ini teta ditayangkan sejak 22 Desember 2014. Sekilas bila melihat cuplikan thriller nya, kesan yang muncul ialah gambaran Seorang Sulaiman al-Qanuni yang dikelilingi harem tidak berjilbab, berpakaian vulgar yang menonjolkan keseksian belaka. Wajar apabila seorang Ust. Yusuf Mansyur tidak mau tinggal diam. Melalui akun twitternya Ust Yusuf menulis “shalat sunnah hajat 2 rokaat, & doain supaya penayangan film sultan sulaiman di a*tv segera dicabut”.

Sejumlah petisi juga dibuat pengguna sosial media dan internet (netizen) mendesak penayangan film ini dihentikan. Tak tanggung-tanggung, di laman petisi online, Change.org, sedikitnya 4 petisi dibuat. Tuntutan petisi diantaranya meminta A*TV menghentikan tayangan serial televisi King Suleiman hingga meminta pemerintah untuk menghukum stasiun televisi yang menayangkannya.

Tulisan saya kali ini juga merupakan bentuk “protes” sekaligus pelurusan sejarah. Agar yang membaca menjadi paham siapa sejatinya sosok Sulaiman al-Qanuni. Jangan sampai keluarga dekat saya, termasuk orang tua, sahabat dan teman-teman yang sekiranya masih awam di bidang sejarah; menelan mentah-mentah kisah dalam film tidak bermutu tersebut. Singkatnya, saya tidak ingin mereka punya kesimpulan bahwa seorang pemimpin besar Imperium Turki Usmani suka gonta-ganti perempuan seperti putra Sang fajar yang digelari "Waliyul amri dhoruri bis-syaukah".

B. Perspektif Sejahrawan Muslim

Bila anda membaca buku Sejarah Peradaban Islam dan buku-buku terkait Ottoman studies yang ditulis para sejahrawan Muslim. Sulaiman al-Qanuni ditahbiskan bersama Salim I bin Beyzid (w. 1519M) sebagai khalifah terkuat. Salim I dikenang sebagai khalifah yang menundukkan Shafawiyah (Syiah) yang bersekutu dengan penjajah Portugis menghadapi kaum muslimin.

Sulaiman al-Qanuni dilahirkan di kota Trabzun. Saat itu ayahnya sedang menjadi Gubernur di wilayah tersebut. Beliau naik ke singgasana kekuasaan pada saat baru berusia 26 tahun. Sulaiman ini tipikalnya bukan orang yang terburu-buru dalam semua tindakan dan mengambil keputusan. Bila telah mengambil keputusan, maka beliau tidak akan pernah menarik keputusan yang sudah diambil.

Sulaiman al-Qanuni bukan hanya terkenal di daratan Turki usmani, akan tetapi pada awal abad ke 16 ia adalah Kepala Negara yang paling terkenal di dunia. Dosen UIN Yogyakarta, Dr. M. Abdul Karim menulis, “ia seorang penguasa yang Saleh. Mewajibkan rakyatnya Sholat 5 waktu dan berpuasa di Bulan Romadhon, jika ada  yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan”. Sulaiman ini juga berhasil menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Turki.

Satu lagi, pada saat Eropa terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan, non Muslim lari untuk minta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberi tempat di Turki Usmani. Jadi, disaat Katolik Roma dan Protestan mendzalimi pemeluknya, maka Sulaimanlah yang paling adil terhadap rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.

Keberanian seorang Sulaiman al-Qanuni tak perlu diragukan lagi. Beliau terlibat dalam perang-perang besar yang ia pimpin sendiri (diantaranya yang terkenal, Battle of Mohács, 29 Agustus 1526 -red). Tidak mau menyerahkan kepada panglima Perangnya. Kata Buya Hamka, hal itulah yang membuat segan seluruh raja-raja Eropa ketika itu, sampai-sampai raja Perancis Frans I pernah minta bala bantuan kepada Sulaiman.

Sepanjang kepemimpinannya, Sulaiman al-Qanuni menguasai Beograd, semenanjung Krym hingga ibukota Wina, Austria. Beliau juga berhasil menaklukkan Hungaria dan sebagaian besar wilayah-wilayah Arab.

Di zaman Sulaimanlah disusunlah Undang-Undang Turki Usmani (Multaqa al- Abhur). Oleh karena itu beliau di gelari “al Qanuni”.

Begitu juga armada angkatan Laut Turki, Sulaimanlah yang membangunnya. Dibawah pimpinan Laksamana Khairuddin Pasha, yang lebih dikenal dengan Barbarosa (si Janggut Merah). Khairuddin dulunya seorang bajak laut Yunani yang dibawa ayahnya datang mengabdi kepada Khalifah. Keahliannya dibidang kelautan membuatnya dipercaya Khalifah sehingga suatu hari mampu menaklukkan Afrika Utara.

Banyak peninggalan-peninggalan Sulaiman al-Qanuni yang dapat kita kenang. Tahun 1550 M, Sulaiman al-Qanuni mendirikan Masjid baru di Edirne yang dihiasi 4 menara yang tinggi. Masjid itu diberi nama
“Masjid Sulaiman”. Selain masjid Sulaiman, didirikan pula 81 buah Masjid Jami’, 52 buah Masjid kecil, 55 buah Madrasah, 7 buah asrama besar untuk mempelajari al-Quran, 5 buah takiyah (tempat memberi makan fakir miskin), 2 bangunan Rumah sakit, 7 buah Jembatan, 33 buah Istana, 5 buah Museum dan 33 Pemandian umum (hammam). Semua ini diarsiteki oleh Mimar Sinan. Menurut Hamka, Sinan bukan hanya ahli desain bangunan, melainkan juga ahli “khat” yaitu tulisan yang indah-indah yang kerap menjadi hiasan masjid-masjid.

C. Perspektif Orientalis

Sempatkan bermain game “The Age of Empire III”, disitu kita dapati figur Khalifah Sulaiman yang digelari orang Barat dengan “the Magnificent”. Di game tersebut, Sulaiman punya pasukan elit khusus yang bernama “Janissary” atau “Yenicheri”. Menurut Stephen Turnbull, beliau naik ke singgasana kekuasaan ketika berumur 25 Tahun. Sayangnya Turnbull tidak mencantumkan referensi soal umur ini.

Selama 46 tahun pemerintahannya, Sulaiman memperluas imperiumnya di timur Anatolia, Irak, laut merah, hingga Hungaria. Beberapa wilayah ini lebih memberi keuntungan dari segi pertahanan ketimbang ekonomi. Tetapi keseluruhan wilayah yang ditaklukkannya memperkuat status Sulaiman sebagai penguasa salah satu kerjaaan terbesar di kala itu.

Colin Imber juga menulis bahwa di dalam struktur dinasti Ottoman, Sultan dibolehkan menikah sampai empat wanita sekaligus, bahkan Colin menyebut ada aturan yang mengijinkan laki-laki untuk memiliki hubungan seksual dengan budak-budak wanita sebanyak yang ia mampu miliki. Lebih lanjut dia menyebut kebanyakan sultan Ottoman berasal dari ibu budak dan tampuk kepemimpinan hanya diturunkan dari garis laki-laki saja. Colin juga menyinggung masalah keberadaan Harem di dalam istana yang dijaga para Kasim. Harem dapat memegang satu kekuatan politik, tetapi ia tidak terlihat dari dunia luar.

Di pembahasan tentang Harem ini sama sekali tidak membicarakan khalifah Sulaiman yang suka ganti-ganti Harem seperti dalam film King Suleiman.

Sosok Sulaiman al-Qanuni digambarkan dalam buku Colin Imber sebagai seorang Sultan tidak konsisten dengan aturan yang dibuat. Misalnya antara abad 14 dan abad 16 muncul tradisi untuk membatasi satu anak-laki-laki yang lahir dari istri raja. Ketika istri raja telah melahirkan seorang keturunan laki-laki, ia tidak akan pernah lagi tidur bersama raja. Realitanya tahun 1521 M, ketika Sulaiman al-Qanuni mempunyai satu-satunya anak laki-laki bernama Mustafa, yang ibunya merupakan seorang budak yang bernama Mahidrevan. Di Tahun yang sama, Sulaiman dikatakan punya anak laki-laki bernama Mehmed, dari ibu bernama Roxelana. Harusnya menurut aturan di Ottoman, Sulaiman tidak boleh melakukan hubungan seksual lagi bila ada istrinya telah melahirkan anak laki-laki.. Colin menambahkan lagi, sejak zaman Hurrem (seorang selir budak yang dicintai Sulaiman), terjadi perubahan pola struktur kekeluargaan. sangat biasa seorang selir melahirkan lebih dari satu anak.

D. Kesimpulan

Sosok Sulaiman al-Qanuni di buku-buku Sejarah yang ditulis oleh sejahrawan Muslim sama sekali tidak membahas aspek Harem di dalam istana. Mayoritas menguak secara dalam keluhuran akhlak Sulaiman al-Qanuni, kebijakan beliau terhadap pencari suaka hingga peninggalan-peninggalan berharga dalam bentuk monument atau bangunan-bangunan megah. Sedangkan pihak orientalis, mereka fokus pada peperangan yang dimenangkan oleh Sulaiman “the Magnificent”.

Orientalis seperti Colin Imber mencitrakan kepada pembacanya bahwa dinasti Ottoman cenderung memilih melahirkan keturunan dari para Selir budak. Bahkan soerang Sulaiman pun dilukiskan sebagai sultan yang tidak konsisten terhadap tradisi/aturan yang telah dibuatnya. Hemat saya, hendaknya kita sebagai Muslim merujuk pada buku-buku karangan Sejahrawan Muslim. Karena mereka lebih dapat dipercaya dan obyektif.
Wallahu’allam bishowab. 

(Penulis adalah Alumni MAN 3 Malang dan kini Dosen STAI al-Yasini, Kab Pasuruan, Jawa timur) 

*sumber: http://www.academia.edu/9904088/Khalifah_Sulaiman_al-Qanuni_Versi_Sejahrawan_Muslim_dan_Orientalis

Friday, December 26, 2014

Pesantren Bahari, 21-24 Desember 2014

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaykum :D

Alhamdulillah~ ini tuh detik-detik menjelang akhir bulan sekaligus akhir tahun masehi. Tak terlukiskan deh pokoknya. Betapa beruntungnya dan betapa baiknya Allah tuh yaaaa. DIA benar-benar Dzat Yang Maha DAHSYAT yang memang tiada tandingannya, jauuuuhh banget dan ngga kayak itu tuh de-pe-er tandingan misalnya *ehh :p

Okaydeh.. begitu banyak hal, kejadian, pengalaman, petualangan, hikmah, amanat, pesan-pesan sebagai teguran dan bahan introspeksi buat aku pribadi setelah beberapa hari ‘nimbrung’ buat jadi ‘tim hore-hore’ di Pesantren Bahari ehhehehe masyaaAllah :’)



Dipertemukan dengan adik-adik baru: Jilan, Nasywa, Dinda, Hilda, Aisyah, Fatimah, Nadia, Nida, Rima, Kana, Aqila, Baqila, Farhah, Fathiya, Fadhilah, Fahima. Mereka tuh lebih muda, tetapi jauh lebih hebat deh dari akunya. Ahh, masyaaAllah.. suatu hal yang memang patut disyukuri karena dapat dipertemukan dengan mereka semua dengan semangat mereka yang membuat diri ini terpacu untuk ikutan bersemangat juga. Alhamdulillah :)

Mendapat berbagai macam pelajaran, pengalaman serta motivasi baru untuk memperbaiki diri yang memang jauh sekali dari kesempurnaan. Alhamdulillah :’)


***

Nah, ini rangkuman serta 'sedikit' dokumentasi kegiatan selama disana.. :D

Minggu, 21 / 12 / 14

Di awali dengan berkumpul di Balaikota Depok sekitar abis isya’ untuk pembukaan sekaligus ada pelatihan jurnalistik sebagai pembekalan untuk kegiatan disana.

Senin, 22 / 12 / 14

QL lalu shubuh berjama’ah dan siap lepas landas dari Depok.


Sempat kena macet juga dalam perjalanan menuju pelabuhan.


Hingga akhirnya sampai pelabuhan dan menempuh perjalanan menyeberangi lautan yang kian luas membentang (?)


Hingga akhirnya sampai juga di tempat singgah pertama :D


Lalu jalan-jalan ke “Jembatan Cinta”

Sore harinya kita main-main :D


Lalu tibalah waktu untuk istirahat di malam pertama (?)

Selasa, 23 / 12 / 14

QL lalu shalat shubuh dan al-ma’tsurat lalu jalan-jalan pagi untuk melihat matahari terbit yang sayangnya tertutup awan :’D


Kembali ke penginapan pertama, lalu siap-siap pindahan menuju homestay selanjutnya.


Lalu menuju lokasi snorkling :D


Kembali ke tempat bermalam, bersih-bersih badan, istirahat dan menikmati Tango rasa cocopandan :D


Menuju tempat dimana bisa melihat matahari terbenam yang ternyata tertutup awan juga :’D

Rabu, 24 / 12 / 14

Pagi hari terakhir disini~


Siap-siap, rapi-rapi dan berkemas meninggalkan tempat ini menuju pelabuhan :’D


Foto bersama terakhir di pelabuhan (tanpa aku) :’D


Ontheway menuju kapal laut~


Terik matahari di tengah perjalanan.


Menuju kota padat penduduk..


Dalam perjalanan menuju Depok :D


Sampai akhirnya ada ‘kejutan’ setelah tiba di Depok *jeng.. jeng.. jeng.. :D


ALHAMDULILLAH~ :’)
“Maka nikmat Rabb kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman)

Terimakasih banyak untuk segala macam pihak yang terlibat, kakak-kakak panitia, adik-adik baru aku dan semua orang HEBAT yang memang begitu meng-inspirasi dan membuat aku harus lebih introspeksi :’)

Arigatou gozaimasu, minna-san :*

Wednesday, December 10, 2014

Kisah Joel Underwood, pria Inggris yang memeluk Agama Islam :')

Assalamu'alaykum.
SEMANGAT siang di bulan Desember! ^0^/
siang ini.... alhamdulillah 'dapet' artikel menarik yang masyaaAllah deh :')
tentang seorang muallaf... yaaaa~ aku salut dan apresiasi deh buat para muallaf yang keinginan untuk mengkaji ajaran Agama Islam tuh justru malah lebih besar daripada umat Islam sendiri yang memang sudah memeluk Islam sejak lahir~ #ntms
Semoga bisa jadi salah satu bahan motivasi untuk introspeksi diri khususnya buat aku, kamu, dia, mereka dan kalian semuaaaa *allahumma aamiin :)

Bismillahirrahmanirrahim.

“Awalnya aku tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko,” ujar Joel Underwood, pria Inggris yang tinggal di Kota Manchester. Ia tersenyum geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah Islam. Betapa tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan wisata. Namun, berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justru menemukan hidayah.

Joel dibesarkan dalam keluarga Kristen. Demi menjadi seorang Kristiani yang taat, ia sangat rajin membaca dan memahami Alkitab. “Jika saya membaca Alkitab, saya akan membacanya dengan sangat hati-hati dan kritis dalam memahami isinya.”

Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha menjadi hamba yang taat. Kala itu, ia sama sekali tak mengenal agama Islam. ”Saya tak tahu apa pun tentang Islam. Tak kenal satu pun Muslim,” ujar pria yang bekerja sebagai konsultan keuangan tersebut.

Saat menjadi mahasiswa di Amerika Serikat (AS) pun, ia belum mengenal agama rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah timur laut AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari Inggris. Keragaman etnis dan agama sangat minim di sana. Maka, sangat kecil peluangnya untuk mengenal Islam. ”Saya mengenal Islam benar-benar dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak pernah bisa saya bayangkan,” ujar Joel.

Jadi, bagaimana Joel mengenal Islam? Peristiwa kelam 11 Septemberlah yang menjadi titik tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar desas-desus mengenai Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada keinginan sedikit pun untuk mencari tahu tentang Islam.

Keinginan untuk lebih memahami Islam mulai muncul ketika Joel berencana melakukan perjalanan ke Maroko. Saat itu, ia mencari referensi yang dapat memberikannya petunjuk umum tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya membaca buku panduan wisata, melainkan justru membaca Alquran.

“Saya pikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah negara Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak tahu kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya karena saya belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,” kata Joel sembari tersenyum lebar.

Di luar dugaannya, begitu membaca Alquran, Joel langsung jatuh hati dan ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan membacanya, Joel baru tahu bahwa Alquran merupakan Kitab Suci umat Islam. “Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah Kitab Suci umat Islam karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Alquran ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen atau Yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan.”

Makin penasaran

Saat di Maroko, Joel makin penasaran dengan Alquran. Ketika berkunjung ke berbagai tempat di Maroko, Joel yang melancong bersama sang istri merasa terus ingin membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa bisa begitu. Hal yang pasti, ketika pertama kali membaca Alquran, ia telah terpesona dengan kekayaan isinya.

Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih banyak mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New Hampshire, ia melihat sebuah iklan penggalangan dana yang dibuat sebuah yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam. ”Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tentang Islam,” kata Joel.

Singkat cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang. Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam. Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian mempelajari Alquran.

Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera saja Joel menuju masjid itu. Saat tiba di sana, ia merasa senang karena disambut dengan baik. Tak ada sedikit pun prasangka negatif dari Muslimin terhadapnya. ”Tak ada orang berkata, ‘apa yang kaulakukan di sini?’ Atau ‘Anda tidak cocok di sini’.”
“Mereka sangat ramah dan mendukungku. Mereka justru mendatangi saya dan menanyakan ‘bagaimana saya dapat membantu Anda?’ Jadi, aku diterima dengan sangat hangat,” tuturnya bahagia. Tak lama kemudian, Joel pun mengucap syahadat dan memeluk Islam.

Yakin Selalu Istiqamah

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak bisa sekadar coba-coba. Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ”Anda tidak bisa mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa tahun saja dan berkata, ‘oh, ini sulit bagi saya’ dan kembali pada keyakinan sebelumnya,” kata Joel.Menurut dia, banyak mualaf yang masih berpikir seperti itu sehingga mereka sulit mempertahankan hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia bukan tipe mualaf seperti itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan keislamannya dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya terdalam, telah tertanam pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang telah diperolehnya dengan cara unik dan luar biasa. “Jadi, saya berkomitmen bahwa saya harus memeluk agama ini seumur hidup.’

sumber: kisahmuallaf.com

Monday, December 1, 2014

TARBIYAH DZATIYAH

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaykum :)
Alhamdulillah, ba'da ashar tadi ada pertemuan singkat di mushalla fakultas daaaann ada sedikit materi yang disampaikan terkait dengan TARBIYAH DZATIYAH..
Langsung saja, ini poin-poinnya :)

TARBIYAH DZATIYAH
merupakan um... tarbiyah atau mungkin pembinaan pribadi untuk mengetahui terkait dengan diri kita sendiri. Yaaaa... semacam itu deh ^^'a

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghisab diri kita menuju ke jalan-Nya, diantaranya:

1. MUHASABAH
merupakan salah satu cara perenungan atau introspeksi diri terkait dengan:
* Ketaatan kita selama ini
ini kaitannya dengan hubungan kita denganNYA, Dzat Yang Maha Segalanya
* Hal baik yang kita lewatkan
tak menutup kemungkinan jika kita mungkin telah atau sedang melewatkan hal yang baik, lalu justru memilih hal yang sebenarnya juga baik tapi mungkin tidak terlalu baik bagi diri kita
* Hal-hal yang melalaikan
yaaaa... tak menutup kemungkinan juga kalau kita malah terfokus dengan berbagai macam hal yang melalaikan, dan hal yang seharusnya lebih utama justru malah di-kesampingkan

2. TAUBAT
dengan catatan:
* berjanji tidak mendekati dan melakukan hal-hal yang mengarah kepada kejahiliyahan sebelumnya
* memutus hubungan dengan segala macam yang terkait dengan kejahiliyahan sebelumnya
* menutup dan berusaha mengganti kesalahan-kesalahan masa lalu dengan hal-hal yang mengarah pada kepatuhan terhadap Allah

3. MENCARI ILMU
- dari tempat / sarana pendidikan ( sekolah, kampus, ... )
- dari 'agenda mingguan'
- dari kegiatan lain seperti kajian, seminar, ...
- dll

4. MENGERJAKAN AMALAN IMAN
Imam syafi'i berkata yang intinya kalau kita ngga berada dalam kejahatan yaaaa InsyaaAllah kita tuh berada dalam kebaikan, ngga ada tuh tengah-tengah. Paling minimal banget kalau ngga mau memperbaiki diri tuh kita akan masuk dalam golongan orang yang menyesal.

5. MEMPERHATIKAN AKHLAK serta MORAL
Sebagai contoh, kita tuh harus bisa bersabar dalam segala hal, baik itu...
- Sebelum terjadi atau menghadapi 'sesuatu'
- Pada saat / Ketika terjadi atau menghadapi 'sesuatu'
- Setelah atau hasil ketika kita telah usai menghadapi 'sesuatu'

6. JIHAD serta BERSUNGGUH-SUNGGUH
- Teguh dalam amalan kita kepada-Nya
- Istiqamah atau komitmen untuk berada di jalan-Nya

7. TERLIBAT DALAM AKTIVITAS DAKWAH
Ini tuh bisa dimana aja yaaaa.. Catatan penting bahwa kita harus bisa meng-orientasikan setiap amalan, perbuatan, tingkah laku serta tindakan kita untuk DAKWAH di jalan Allah.

8. BERDOA dengan JUJUR kepada ALLAH
Ketika kita mengharapkan sesuatu, maka aktivitas serta amal perbuatan yang kita lakukan juga harus mengarah kepada apa yang kita harapkan. Jangan malah ketika kita mengharapkan sesuatu, tapi kita sendiri ngga ada usaha dan juga doa untuk menggapai apa yang ingin kita capai.

***
Yak, kira-kira seperti itu yang didapatkan hari ini. InsyaaAllah sebagai salah satu bahan untuk introspeksi diri, khususnya buat aku pribadi :)
SEMANGAT malam, SEMANGAT perbaikan! ^0^/