Saturday, January 31, 2015

Kisah Sahabat: Amr bin Ash

[ Re-share ]

Amr bin Ash merupakan salah satu tokoh Quraisy yang paling gencar menghalangi dakwah Nabi SAW dan menyiksa orang-orang lemah yang masuk Islam. Karena itu Nabi SAW sempat berdoa kepada Allah agar menurunkanazab kepada tiga orang, yang salah satunya adalah 'Amr bin 'Ash. Tetapi kemudian turun ayat yang melarang Nabi SAW melakukan hal itu, yakni mendoakan keburukan bagi manusia (Surah Ali Imran 128).

Amr bin Ash memiliki kemampuan yang tinggi di bidang politik dan strategi, karena itu ia menyadari bahwa dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah, agama Islam yang dibawa Nabi SAW akan mencapaiketinggian yang tidak mungkin bisa dibendung lagi oleh orang Quraisy. Tetapi pengamatan dan prediksi yang tajam ini belum cukup untuk membawanya kepada Islam, ia justru berkata kepada teman-teman dekatnya, "Marilah kita bergabung dengan Raja Najasyi di Habasyah dan menjadi anak buahnya. Jika Muhammad menang atas kaum Quraisy, kita sudah ada di sisi Najasyi. Tetapi jika kaum kita yang menang, maka kita adalah orang yang telah mereka kenal, tidak ada sikap yang muncul dari mereka kecuali kebaikan saja."

Teman-temannya itu menyetujuinya. Amr bin Ash memang telah cukup dikenal oleh Najasyi, raja Habasyah, karena ia pernah menjadi duta kaum Quraisy ketika kaum muslim hijrah ke Habasyah. Ia memanfaatkan hubungan baiknya ini agar bisa terselamatkan, ketika pertentangan dua kubu, Kaum Quraisy dan orang-orang Islam, makin memuncak. Amr membawa kulit-kulit yang disamak, salah satu barang yang sangat disukai Najasyi, sebagai hadiah dalam jumlah yang cukup besar.

Setibanya di Habasyah dan bersiap menghadap Najasyi, tampak utusan Nabi SAW, Amr bin Umayyah adh Dhamri, masuk menemui Najasyi berkaitan dengan keberadaan Ja'far bin Abu Thalib dan kaum Muhajirin lainnya di Habasyah. Setelah Amr bin Umayyah keluar dari majelis Najasyi, Amr bin Ash memasuki ruangan, ia bersujud seperti yang selama ini dilakukannya, dan Najasyi menyapanya, "Selamat datang sahabat karibku, apakah engkau membawa hadiah dari negerimu untukku?"

Ketika Amr menyerahkan hadiah kulit-kulit tersebut, tampak sekali kegembiraan dan ketakjuban Najasyi, apalagi jumlahnya cukup banyak. Pada saat melihat utusan Nabi SAW datang, muncul niat Amr untuk membunuh sahabat Nabi SAW itu, maka ia berkata kepada Najasyi, "Wahai tuanku, aku melihat seorang lelaki yang baru keluar dari majelis ini, ia adalah utusan dari lelaki yang menjadi musuh kami. Serahkanlah ia padaku untuk kubunuh, karena lelaki itu (Muhammad) telah banyak menghina dan melecehkan pemuka-pemuka kami."

Mendengar permintaan Amr ini, Najasyi sangat marah, danAmr menangkap ekspresi itu dan ia sangat ketakutan. Kalau saja saat itu bumi terbelah, rasanya ia ingin memasukinya agar terhindar dari kemarahan Najasyi. Karena itu buru-buru ia berkata lagi, "Tuanku, demi Allah, aku mengira tuan tidak menyukai permintaanku itu!!"

Najasyi berkata, "Apakah engkau meminta aku menyerahkan utusan dari seorang lelaki yang didatangi Malaikat Jibril, sebagaimana ia datang kepada Musa, agar engkau bisa membunuh utusan itu?"

"Wahai Najasyi, Apakah ia memang orang yang seperti itu?" Tanya 'Amr.

Amr bin Ash tentulah tidak mengerti bahwa telah beberapa hari lamanya utusan Rasulullah SAW tersebut tinggal di Habasyah, dan salah satu misinya adalah membawa surat beliau untuk menyeru Najasyi memeluk Islam, dan ia telah menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan Najasyi telah mewakili Rasulullah SAW melamar Ummu Habibah binti Abu Sufyan untuk menjadi istri beliau.

Najasyi berkata, “Kecelakaan bagimu, hai Amr, taatilah aku dan ikutilah dia (Nabi SAW), karena sesungguhnya dia berada di atas kebenaran. Dan dia akan memperoleh kemenangan dari siapapun yang menentangnya, sebagaimana Musa bin Imran memperoleh kemenangan atas Fir'aun dan bala tentaranya."

Mendengar ucapan Najasyi ini, seperti ada kilat yang menyambar hatinya, tetapi sekaligus membuka mata hatinya hingga hidayah Allah SWT meneranginya. Amr berkata kepada Najasyi, "Maukah engkau memba'iat aku atas islam untuknya?"

“Baiklah!!” Kata Najasyi, dan ia memba'iat 'Amr untuk memeluk Islam.

Amr keluar dari majelis Najasyi dengan pandangan tentang Nabi SAW, yang jauh berbeda dengan ketika ia memasukinya. Tetapi ia masih menyembunyikan keislamannya dari sahabat- sahabatnya yang menunggu di luar, dan mengajak mereka kembali ke Makkah dengan dalih misinya gagal Diam-diam ia berencana menemui Nabi SAW di Madinah untuk menyatakan dan mengukuhkan keislamannya.

Beberapa kemudian, di suatu pagi yang masih cukup gelap, 'Amr bin Ash meninggalkan kota Makkah menuju Madinah hingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Tetapi ketika sampai di Haddah, suatu tempat antara Makkah dan Thaif, Amr melihat dua orang telah berjalan mendahuluinya meninggalkan kota Makkah. Ketika keduanya beristirahat, salah satunya dari mereka menambatkan tunggangannya,dan satunya lagi masuk ke kemah. Setelah makin dekat, ternyata orang itu Khalid bin Walid, Amr pun bertanya, "Hendak kemanakah engkau, hai Abu Sulaiman?"

Khalid menjawab kalau akan ke Madinah menemui Nabi SAW untuk masuk Islam, tak lama kemudian orang yang di dalam kemah keluar, ternyata Utsman bin Thalhah. Amr gembira sekali karena bertemu dengan teman seperjuangan di dalam kekafiran, yang bermaksud sama untuk memeluk Islam. Mereka-pun sepakat untuk bersama-sama menyampaikan ba’iat keislaman di hadapan Nabi SAW.

Mereka bertiga sampai di Madinah di awal bulan Safar tahun 8 H selepas ashar, mereka mendekati masjid Nabi SAW. Tampak kegembiraan Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya melihat kedatangannya, Beliau bersabda, "Makkah telah melepas jantung-jantung hatinya kepada kita…."

Terdengar juga seorang sahabat lainnya berkomentar, "Seluruh penduduk Makkah akan tunduk kepada beliau karena dua lelaki ini…"

Amr merasa, bahwa yang dimaksud dua orang itu adalah dirinya dan Khalid bin Walid. Pertama Khalid bin Walid yang berba'iat kepada Rasulullah SAW untuk memeluk Islam,Amr menyusul dan diikuti olehUtsman bin Thalhah.Amr berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya aku berba'iat kepadamu agar diampuni dosa-dosaku yang terdahulu."

Nabi SAW bersabda, "WahaiAmr, berba'iatlah karena sesungguhnya Islam menghapus dosa-dosa yang terdahulu, dan hijrah juga menghapus dosa-dosa yang telah lalu."

Sejak keislamannya, ia terjun dalam beberapa pertempuran bersama Rasulullah SAW. Tetapi jiwa pemimpin dan kelicinan strateginya baru menonjol jaman khalifah Umar bin Khaththab, bahkan ia terkenal dengan sebutan "Penakluk Mesir", karena pasukan yang dikomandaninya berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Romawi dari sana, dan akhirnya Mesir menjadi salah satu negara yang menjadi ikon Islam sampai sekarang.

Sebuah peristiwa menarik terjadi dalam pertempuran melawan pasukan Romawi di Mesir. Riwayat lain menyebutkan peristiwa ini terjadi di Perang Yarmuk di Syiria, juga melawan pasukan Romawi. Amr bin Ash sebagai komandan pasukan muslim yang mengepung benteng Romawi, diundang oleh komandan benteng (arthabon) untuk berunding. Sebenarnya undangan ini hanya jebakan belaka, mereka telah menyiapkan perangkap, jika Amr bin Ash kembali dari pertemuan tersebut, mereka akan menimpakan batu-batu yang telah disiapkan hingga ia tewas.

Tanpa prasangka apa-apa, Amr memenuhi undangan tersebut. Setelah terjadi beberapa kesepakatan, Amr akan kembali, tetapi ia menangkap suatu gejala yang tidak semestinya. Di luar ruangan, ia melihat beberapa gerakan di atas benteng yang mencurigakan, padahal ia akan lewat di bawahnya. Sadarlah Amr bahwa ia masuk dalam jebakan mereka. Ia berfikir cepat, kemudian kembali menemui Arthabon dan berkata, "Wahai Arthabon, di markasku di sana, menunggu beberapa sahabat utama Rasulullah, merekalah yang paling didengar pendapatnya oleh khalifah Umar jika mengambil keputusan penting. Karena itu aku ingin membawa mereka ke sini untuk memantapkan kesepakatan kita ini…."

Arthabon terpancing dengan siasat Amr yang sebenarnya hanya bohong semata, ia berfikir, "Kalau bisa membunuh beberapa tokoh orang muslim sekaligus, sebaiknya ditunda saja sampai mereka semua datang. Apalagi sepertinya orang ini (Amr bin Ash), bukanlah pimpinan tertinggi dari pasukan muslim tersebut…"

Ia segera memberi kode tertentu kepada prajuritnya untuk menunda atau membatalkan rencananya, dan Amrbisa keluar dari benteng dengan selamat. Ia tersenyum dalam hati melihat Arthabon termakan muslihatnya. Keesokan harinya, Amr mengerahkan pasukannya menyerbu benteng Mesir dengan semangat membara. Sementara itu pasukan Romawi yang justru tidak siap dengan serangan tersebut. Mereka beranggapan kalau para pimpinan pasukan muslim, seperti yang dikatakan Amr, masih akan datang untuk mematangkan perundingan. Akibatnya mereka dengan mudah dikalahkan dan benteng tersebut jatuh ke tangan kaum muslimin, berkat kepiawaian Amr bin Ash.

Amr bin Ash adalah tipikal seorang negarawan ulung dan mempunyai ambisi dalam kekuasaan, namun demikian ia termasuk orang yang amanah. Karena itu, Umar bin Khaththab tetap mempercayainya memegang jabatan gubernur Mesir walaupun ia hidup bergelimang harta, tetapi tentu saja ia dalam pengawasan yang ketat dari Umar. Pernah ia hidup terlalu berlebihan dari kekayaan yang dimilikinya, segera saja Umar mengirim utusan, yakni Muhammad bin Maslamah, dan memerintahkan harta Amr dibagi dua, separoh untuk Amr bin Ash dan separuhnya lagi diserahkan ke baitul mal, untuk kemaslahatan kaummuslimin secara umum. Amr-pun dengan senang hari menerima keputusan Umar tersebut.

Ketika terjadi pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, pena takdir membawa Amr bin Ash pada pilihan berpihak Muawiyah, tentu dengan alasan dan motivasi yang hanya diketahui oleh Amr. Yang jelas, peran Amr bin Ash sangat besar dalam memenangkan Muawiyah atas Ali bin Abi Thalib, walau dengan cara dan jalan yang tidak sepenuhnya benar, dengan cara siasat dan muslihat yang memang sangat dikuasai oleh Amr bin Ash.

Dalam pertempuran Shiffin, ketika pasukan Muawiyah terdesak dan hampir dikalahkan oleh Pasukan Ali, Amr menyarankan kepada Muawiyah untuk mengangkat al Qur'an dengan pedang atau tombaknya dan berteriak untuk bertahkim/berhukum dengan Al Qur'an. Siapapun tahu bahwa Ali bin Abi Thalib orang yang sangat mengenal dan menghargai Al Qur'an, bahkan ia termasuk salah satu dari "pemimpin-pemimpin" para penulis dan penghafalnya.Salah satu dari lima orang, yakni Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit.

Begitu sarannya tersebut dilaksanakan Muawiyah, Ali memerintahkan pasukannya untuk menghentikan serangan kepada pasukan Muawiyah. Banyak sekali kecaman dari sahabat dan tentaranya atas sikapnya ini, tetapi Ali tak bergeming. Pada dasarnya Ali memang tidak menghendaki peperangan tersebut terjadi, dan ia juga bukan tipikal orang yang ambisius dengan kemenangan, kekuasaan dan jabatan. Maka ketika jalan perundingan yang diminta, apalagi berhujjah dengan al Qur'an, serta merta Ali menyetujuinya.

Masing-masing pihak mengirimkan juru runding, Muawiyah mengirim Amr bin Ash dan Ali bin Abi Thalib mengirimkan Abu Musa al Asy'ari. Sesungguhnyalah Ali ingin mengirimkan Abdullah bin Abbas karena ia telah mengenal dengan baik karakter Amr bin Ash yang suka bersiasat, dan itu akan bisa diimbangi oleh Ibnu Abbas. Sementara Abu Musa al Asy'ari seorang sahabat yang saleh, yang selalu saja husnudzon pada orang lain. Tetapi karena mayoritas pasukan menghendaki Abu Musa, Ali menyetujuinya.

Dalam perundingan dua tokoh sahabat yang berbeda karakter ini, disepakati bahwa kedua pemimpin harus meletakkan jabatannya terlebih dahulu, kemudian diadakan pemilihan langsung terhadap salah satu dari keduanya,siapa yang diba'iat lebih banyak, dialah yang berhak menjadi khalifah. Masing-masing wakil pihak harus berpidato di hadapan seluruh pasukan dan melepaskan jabatan yang diwakilinya, baru setelah itu bisa dilaksanakan pemilihan. Abu Musa menerima perundingan tersebut dengan segala prasangka baiknya kepada Amr bin Ash.

Abu Musa menuruti permintaan Amr untuk berpidato pertama kali dan menanggalkan jabatan khalifah dari Ali. Setelah Abu Musa turun dari podium, Amr bin Ash menggantikan berpidato, ia berkata, "Sesungguhnya Abu Musa telah menanggalkan jabatan khalifah dari pemimpinnya, Ali bin Abi Thalib, dan saya pun menyatakan hal yang sama. Selanjutnya, dengan ini saya menetapkan Muawiyah sebagai khalifah dan Amirul mukminin yang bertanggung jawab atas penuntutan darah khalifah Utsman bin Affan, hendaklah kalian berba'iat kepadanya."

Abu Musa al Asy'ari terperangah kaget dengan perkataan Amr bin Ash, sama sekali ia tidak menyangka muslihat tersebut. Sementara Ali tampak tenang, sepertinya ia telah menduga hasil dari pertemuan dua tokoh tersebut. Pasukan Ali yang sebelumnya telah terpecah belah karena penghentian pertempuran yang diambang kemenangan makin kacau balau. Sebagian berbalik memusuhi Ali, sebagian lagi keluar dari pasukan utama.

Inilah peran besar Amr bin Ash dalam membalik keadaan, dari kekalahan total menjadi kemenangan pihak Muawiyah atas pihak Ali bin Abi Thalib.Tetapi menjelang ajalnya di tahun 43 hijriah, ketika itu ia menjabat gubernur Mesir di masa pemerintahan Muawiyah, seolah-olah ia menyadari semua langkah-langkah keliru dalam bersiasat dan bermuslihat, dan ia berdoa, "Ya Allah, aku ini orang yang tak luput dari kesalahan, mohon Engkau memaafkannya, aku ini orang yang tak sunyi dari kelemahan, mohon Engkau memberikan pertolongan. Jika Engkau tidak melimpahkan rahmat karunia- Mu, celakalah nasibku, Ya Rabbi…!!"

Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya :')

Belum usai, perjuangan barulah akan segera dimulai!

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu'alaykum.

Berikut ini tulisan tertanggal 16 Juli 2015 yang tertunda untuk diposting...

Senin, 06 September 2010
Mengapa Dakwah Sekolah?

Ada banyak segmen dakwah yang dapat digarap. Sebab manusia yang notabene sebagai objek Dakwah tersebar di segala lini. Kita dapat berdakwah di lingkungan Rumah, juga di lingkungan kerja. Atau sering kita mendengar dakwah kampus dan dakwah sekolah. Dua tempat terakhir adalah segmen paling unik dan penuh idealisme pemudanya.

Dakwah kampus tidak bisa dilepaskan dengan dakwah sekolah. Banyak kampus pada hari ini mengalami penurunan kader Dakwah dan kesulitan mencari penerus disebabkan mandeknya dakwah di sekolah, Dakwah putih-abu-abu.

Banyak aktifis dakwah kampus yang sudah enggan kembali menggarap sekolah. Dengan berbagai alasan tentunya. Alasan dari sudah malu jika kembali ke sekolah hingga karier yang lebih mumpuni jika di kampus pernah jejak dapati. Ya karier.

Di kampus para aktifis dakwahnya memang strategis dalam menempatkan eksistensi diri mereka. Tarikan kekuasaan, nama besar dan kebanggaan akan didapati jika aktif di kampus.

Beberapa kawan ikhwan yang punya peran di kampus pernah bercerita, saat masa pemilu lalu sering didekati petinggi partai politik untuk menawarkan ini dan itu. Menggiurkan memang, hanya perlu kehati-hatian dalam menyikapi hal ini.

Sedang jika aktif konsen di dakwah sekolah hampir di pastikan tidak ada hal di atas yang akan didapat. Alumni yang masih rajin ke sekolah bisa dianggap ngga punya kerjaan di kampusnya. Atau mahasiswa kurang aktif. Atau mana ada partai politik yang mau melirik seorang mahasiswa yang sukanya berkutat di sekolah asal saja. Padahal yang dihadapi adalah anak-anak kecil yang kadang jauh dari umurnya. Kadang ada gep saat berinteraksi. Mencari popularitas dan eksistensi diri pun tidak cocok jika hanya aktif ngurus sekolah padahal sudah waktunya pindah lokasi berdakwah.

Inilah beberapa hal penghambat pengelolaan Dakwah sekolah. Padahal aktifitas Dakwah sekolah amatlah penting bagi kelangsungan Dakwah secara umum.

Mengapa Dakwah sekolah??

Menurut Mas Nugroho Widiyantoro, penulis buku panduan Dakwah sekolah era baru, ada tiga alasan mengapa harus menggarap Dakwah di sekolah. Diantaranya:

1. Efektif
Sebab di sekolah adalah kumpulan anak-anak remaja/pemuda. Dan mereka masih sangat polos untuk dibentuk seperti apa pribadinya. Menanamkan aqidah dan nilai moral jauh lebih mudah dikalangan muda dibanding kalangan tua dengan asam garam kehidupan mereka. Usia muda juga masa emas dalam rangka mencari ilmu pengetahuan dan Agama. Pelaksanaan pembinaan dini jauh lebih efektif sejak remaja usia sekolah. Dan pembinaan dini sudah lebih dahulu dilakukan di negara-negara muslim lain. Kita dapat ambil contoh bagaimana pembinaan yang dilakukan kepada Bocah-bocah Palestine.

2. Masif atau Massal
Jumlah populasi pelajar di sangatlah banyak dan tersebar di seluruh negeri kita. Populasi pelajar jauh melebihi jumlah mahasiswa. Dengan jumlah yang sangat banyak ini bisa dibayangkan pentingnya mereka. Dan jika dakwah sekolah dilakukan maka jumlah perubahan ke arah moralitas yang baik akan masif pula.

3. Strategis
Sebab pelajar akan banyak mensuplai orang-orang masuk ke dalam dunia kampus dan kerja nantinya. Dan kita tahu output dari suplai tersebut, mereka akan berada di posisi seperti birokrat, ekonom, politikus, pengusaha, artis, karyawan dsb. Sehingga jika dakwah sekolah yang masif tadi kemudian berhasil dilaksanakan kehidupan yang islami dapat terwujud di segala lini. Negeri ini menjadi negara Islami secara tidak langsung lewat pribadi-pribadi masyarakatnya.

Secara jangka pendek, tujuan Dakwah sekolah ialah bagaimana suasana yang islami terbentuk di sekolah-sekolah.

Kita bukan sedang berencana mengislamkan layaknya pesantren, tapi yang kita bicarakan adalah mengislamkan sekolah umum yang sudah tersibghoh dengan nilai-nilai pancasila dan ke-nasionalisme-an. Dimana beragama menjadi amat aneh rasanya. Selalu harus menunjukan sikap toleransi yang kadang kebablasan.

Toleransi diartikan tidak boleh menyebarkan nilai-nilai Agama tertentu yang dapat menyinggung umat lain. Atau toleransi diartikan sebagai perayaan hari besar agama bersama sebagai bukti kerukunan.
Inilah cita-cita Dakwah sekolah yang jejak maksud.

Kita semua ingin, bagaimana anak-anak remaja itu selalu bersemangat dalam ibadah mereka di sekolah.
Tebar salam menjadi budaya. Sholat Dhuha aktivitas rutin. Pakaian islami marak bukan hanya saat Ramadhan. Dan acara-acara yang meneduhkan bagi moral mereka terlaksana. Bukan hanya di cekoki hiburan pop nan merusak. Tawuran tidak lagi ada.

Penyelewengan, perbuatan asusila diminimalkan, dan tindak kejahatan dikalangan pelajar berkurang. Ini tujuan adanya Dakwah sekolah.

Melakukan pembinaan dini guna menyiapkan SDM unggul kelak yang siap berkarya dimanapun mereka berada. Semoga..

Sumber:
FORTRIS (Forum Silaturrahim Rohis Jakarta Selatan)
___________

MasyaaAllah :')
Seketika tertarik ingin mengabadikan rangkaian kata di atas. Ketika ditanya mengapa, maka aku punya alasan sederhana. Aku yang sekarang ini 'terbentuk' dari sekolah, tepatnya masa SMA. Setidaknya aku tetap merasa ingin ber-terimakasih dan membalas budi atas segala macam hal yang telah di berikan oleh orang-orang hebat dan telah membuat aku menjadi seperti sekarang ini. Apabila bagian ini tidak dimengerti, silahkan saja dilewati ^^'v
Yaaa, meskipun masih amat teramat sangat jauh dari sempurna, setidaknya aku sudah merasa lebih baik dari diriku yang sebelum-sebelumnya. Alhamdulillah :')

Teringat bahwa baru saja kemarin aku terlibat dalam suatu forum diskusi yang sebenarnya aku telat gitu :'D
Sempat diingatkan bahwa remaja jaman sekarang tuh darurat pergaulan bebas (banget-malah). Ada beberapa kasus yang menurut aku ngga pantas juga dilakukan oleh anak atau remaja di usia mereka. Mulai dari yang 'katanya' p-acar-an yang di'bubuhi' dengan hal-hal lain yang ngga banget pokoknya hiiiiyyy.
Aku ngga ingin menyebutkannya secara frontal, tapi sudah terbayang-lah dengan apa yang aku maksud terlebih lagi ketika kita tau bagaimana serta apa saja yang terjadi pada generasi muda belakangan ini.

*istighfar*

Anak kecil yang belum sekolah, sekitar di bawah 4 sampai 5 tahun sudah mulai terbiasa dengan tayangan dan tontonan dewasa. Hal ini sebenarnya ngga wajar banget untuk anak seusia mereka. Pernah suatu ketika, kalau ngga salah tanggal 9 Desember 2015 lalu bertepatan dengan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. Aku yang ketika itu ikutan bantu-bantu di TPS, ngga sengaja mendengar percakapan dua anak kecil yang sepertinya masih berusia sekitar 4 atau 5 tahun gitu:
Anak perempuan : Eh, anak laki-laki. Main yuk, kamu ceritanya jadi p-acar aku terus nanti aku marah sama kamu.
Anak laki-laki : *diem* (kayak emang ngga peduliin dan ngga dengerin gitu)
Anak perempuan : Ih, ayuk. Nanti kamu kejar aku ya, kayak .... (ini tuh sempat sebut nama tokoh dan judul pilem ehh sinetron gitu yang aku ngga inget dan ngga tau itu apa -_-) *sambil narik baru anak laki-lakinya
Anak laki-laki : *ngga komentar dan beranjak pergi ke ibunya*
Duh... itu nyata di depan mataku. Agak shock dan kaget gitu ketika dia dengan lancarnya bicara dan mengatakan yang belum sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya. Ini mungkin hanya salah satu dari dampak buruk bangetnya acara televisi yang kalau boleh ngomong kasar tuh yaaaa benar-benar ngga bermutu deh. Astaghfirullah.. bagaimana kabar generasi muda sekitar 10-15 tahun ke depan? :"
Selain dari tontonan, anak di bawah usia 4 sampai 5 tahun juga sudah mulai menjadi budaknya teknologi atau gejet. Ketika itu keponakan aku berusia sekitar 2,5 sampai 3 tahun. Nah, dia tuh pernah menunjukkan video yang direkam oleh ibunya. Disitu dengan lihainya dia menekan henpon touchscreen milik ibunya tanpa dibantu siapapun untuk memutarnya. Ya ampuuuunn, jaman aku belum TK tuh masih sibuk nyanyi-nyanyi lagu anak serta coba menghapal sambil belajar berucap sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (?) Boro-boro buat utak-atik atau mainan henpon, bisa ngga ketinggalan nonton teletubbies aja udah syenang syekali *o*/
duh </3

Kemudian anak SD jaman sekarang. Beberapa waktu lalu tuh sempat banyak beredar juga poto anak berseragam merah-putih yang 'ceritanya' sedang beradegan layaknya remaja yang sedang dimabuk cinte (?) -_-
Selain itu, beredar juga poto lain dengan subjek masih juga anak dengan seragam merah-putih dan itu menggunakan pakaian yang ngga wajar banget deh hiiiiiiyyy -_-
Satu lagi yang lainnya tuh sempat juga beredar poto mereka yang ba'da atau setelah lulus tuh corat-coret gitu. Astaghfirullah! Jaman aku SD tuh ngga terpikir deh yang namanya corat-coret atau lalalala. Jaman segitu masih rada cupu walaupun aku dulu brandal banget X'D tapi Alhamdulillah tingkah laku dan kurang-ajarnya aku tuh masih dalam batasan yang wajar :')
Ada satu lagi kisah. Pada awal syawal tahun 2014 lalu kan akunya ke Yogyakarta dengan keluarga Bekasi (kakak perempuan, saudara kembarnya mama). Singkat cerita, di Jogja tuh ada salah seorang adik sepupu aku kelas 2 SD pada saat itu yang nyanyi lagu apaaaa gitu deh aku juga ngga tau. Nah, esok harinya tuh aku ke tempat tante di sebelah rumah mbah. Ternyata disana lagi nyalain televisi padahal ngga ditonton -_- kemudian ketika mau lanjut acara berikutnya tuh ada soundtrack sinetron gitu yang ternyata itulah lagu yang dinyanyikan adik sepupu aku. Iyaloh, lagu dari sinetron ternyata. Terjawab sudah. Ya ampuuuunn (╥_╥`)

Berlanjut ke jenjang SMP. Ngga sedikit juga anak seusia ini sudah bertingkah lebih-lebih lagi. Teringat ketika di Jogja juga kala itu. Aku bersama mereka tuh main air gitu di salah satu kolam bermain yang cukup ramai pengunjung. Jadi tuh ada salah seorang sepupunya sepupu aku, dia tuh perempuan dan aku lupa namanya :'D Pas kita lagi antri salah satu wahana gitu, tiba-tiba dia sembunyi di belakang badan aku. Nah, pada saat aku tanya "ada apa?" diapun jawab kalau ada anak laki-laki yang dia suka dan dianya malu gitu.
Ya ampuuuunn~ ketika aku seusianya tuh aku mah sedang syibuk mencari orang yang suka anime karena pas aku SD tuh ada dua anak laki-laki yang se-pemikiran (dalam hal suka anime dan lagu-lagu Jepang) tapi pas aku SMP sampai dengan lulus malah ngga ketemu hiks X'D
Kemudian di tempat lain tuh aku melihat bahwa gaya serta cara pembawaan diri khususnya di jejaring sosial anak SMP jaman sekarang tuh udah badai badai banget deh ya -.- Ntah yang ini akunya yang berlebihan atau justru sudah menjadi hal yang dirasa umum, ntahlah. Satu hal yang pasti, sampai saat ini tuh aku masih agak shock gitu kalau ngga sengaja melihat apdetan poto dari adik-adik aku yang masih duduk di bangku SMP. Astaghfirullah :"

Nah, anak sekolah di bangku SMA atau masa putih-abuabu pada masa sekarang ini yaaaa lebih jauh jauh jauh lagi dari contoh yang telah aku sebutkan. Fenomena MBA sudah bukan menjadi hal yang tidak umum lagi sepertinya. Adegan dewasa yang dalam ajaran Agama memang dinilai ngga patut tuh malah sudah mulai dengan santainya ditunjukkan di depan umum. Ngga malu dan ngga tau malu, mungkin aku ngga bisa sembarangan disalahkan ketika mengatakan hal itu. Habis... gimana yaaa? Realita yang ada memang seperti itu. Dan kalau mau bicara parahnya tuh yaaaa ngga sedikit juga orang yang ibaratnya justru tolong menolong dalam perbuatan maksiat. Astaghfirullah :"
Perbuatan yang astaghfirullah banget malah dinilai wajar dan ngga ada keinginan untuk dibenarkan, sedangkan lainnya yang memang berdasar pada Al Qur'an dan Al Hadits justru malah dijudge negatif atau ini-itu. Yaa Rabb.....
Kalau gini tuh teringat akan suatu hadits, Islam lahir dalam keadaan asing kemudian kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing - HR. Bukhari Muslim
*Mungkin untuk pembahasan ini akan dilanjutkan pada postingan mendatang...

Itu tadi hanya sekilas fenomena atau kejadian yang sedang melanda kalangan pelajar beberapa waktu belakangan ini. Btw sengaja ngga aku lanjutkan bagaimana kondisi di dunia kampus sejauh yang aku tau, karena hal itu justru buat aku semakin-makin ngga bisa move-on dari perjuangan di jaman SMA.. duh 💔💔💔 </3

Oleh karenanya, mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang yang ngga takut ketika diberi nasehat. Semoga kita termasuk prajuritnya Allah yang masih bisa saling mengingatkan satu sama lain dalam hal-hal yang mengarah kepada kebaikan, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan juga disabdakan oleh Rasul-Nya. AAMIIN~

FYI dan sekedar mengingatkan saja. Kalau berbicara "dakwah" tuh kayak yang 'wah' dan 'beuh' banget mungkin yaaa. Tetapi satu hal yang perlu diingat, yang namanya berdakwah tuh bisa dilakukan dengan cara bagaimanapun selama ngga bertentangan dengan apa yang disyari'atkan. Bahkan mengingatkan atau mengajak untuk shalat fardhu tuh sudah termasuk salah satu contoh. Ingatlah bahwa Rasulullah pernah bersabda, "sampaikan walaupun hanya satu ayat". Selama itu berupa kebaikan yang memang baik, bagaimanapun keadaannya maka sampaikanlah.

Mengingat jaman semakin maju ke depan, maka kita harus ingat pula bahwa akan banyak juga tantangan yang sudah siap menghadang. Jangan biarkan nafsu dan keinginan duniawi kita justru mengalahkan bahkan menguasai diri kita, sehingga kita justru tak bisa membedakan mana yang halal; mubah; sunnah; makruh; haram. Parahnya, kalau nafsu duniawi lebih dominan menguasai diri kita tuh nanti kitanya malah bisa-bisa melupakan-Nya. Bisa-bisa kita lupa akan segala macam Kasih Sayang serta Kebaikan-Nya yang telah DIA berikan sampai dengan sekarang ini. Bisa-bisa kita lupa bahwa kita sebenarnya hanyalah manusia yang ngga bisa apa-apa tanpa Kuasa-Nya. Yaaa... bisa-bisa kita lupa kalau DIA adalah Dzat Yang Maha Mencipta dan Maha Pemilik segala macam hal yang ada di dunia ini. Naludzubillah.

Hey, prajurit lekaslah bergerak
Jangan terus sibuk berteori atau hanya berteriak
Sejauh mana kepedulianmu melihat maksiat yang kian marak
Bantu selamatkan mereka, dan kini tiba saatnya kita untuk bergerak

Selamat menebar kebaikan, duhai para orang-orang baik :)
SEMANGAT berlomba dalam hal-hal baik!

Wassalamu'alaykum.

Monday, January 26, 2015

LUKA ini milik siapa?

[Re-share] Ini tuh bacaan bagus, MasyaaAllah.. Semoga kita KUAT dan SEMAKIN KUAT dalam melanjutkan estafet perjuangan dakwah ini.. *aamiin allahumma aamiin :')

***

Mengapa amanah ini diberikan kepada kita, padahal mereka belum membangun ‘pondasi’ untuk itu. Akhirnya, kita berada di jalan ini dengan tertatih lantaran kita diterjunkan secara ‘prematur’. Kesendirian akibat ditinggalkan oleh sahabat seolah menjadi bumbu yang biasa karena rapuhnya pe-ri`ayah-an. Apalagi lemahnya kepemahaman membuat waktu kita habis untuk mengejar ketertinggalan diri kita terhadap amanah ini. Sehingga ketika periode amanah ini habis, kita baru sadar kalau kita masih berjalan di tempat, belum banyak prestasi yang dibuat.

Tidakkah para qiyadah kita terdahulu memikirkan apa yang akan kita rasakan saat ini? Atau kita yang terlalu bodoh hingga tak dapat membaca alur regenerasi, bahwa kita telah diproyeksikan untuk amanah ini? Dan, ke mana mereka setelah amanah ini bergulir? Jangan-jangan mereka hanya ‘cuci tangan’ agar dapat segera lepas dari dakwah ini? Ah, betapa sakitnya hati ini.

Mereka sebenarnya tahu, karena itu mereka menjelaskan bahwa tidak selamanya mereka akan menemani kita. Kita harus tahu bahwa mereka sibuk. Ada amanah yang lain yang mungkin lebih tinggi dari amanah kita sekarang ini. Mereka memikul beban yang boleh jadi lebih berat. Kita harus mengerti. Tapi, di saat mereka ingin dimengerti, sadarkah bahwa kita pun ingin dimengerti?

Terlebih para jundi, yang tak lain adalah teman dan adik-adik kita sendiri, sepertinya tak mampu merasakan bagaimana sulitnya kita untuk istiqamah. Rasanya dada ini semakin sesak kalau kita ingat mereka jugalah yang dulu memilih kita di posisi ini, meyakinkan kita bahwa kitalah yang pantas memimpin mereka. Tapi sekarang? Mereka dengan mudah berkata “afwan” di setiap panggilan kita tanpa memberi alasan yang jelas. Apa mereka lupa kalau jundi itu harus patuh pada qiyadah? Getir jadinya kalau ingat definisi ukhuwah itu apa.

Di satu sisi kita ingin ‘ngebut’ mengukir prestasi ini-itu saat menjabat, tapi ketidakdisiplinan mereka menjadikan jalan ini macet, yang akhirnya tenaga kita malah terkuras banyak untuk mengurusi mereka daripada tuntutan dakwah itu sendiri. Merepotkan!

Ya ya ya, mungkin mereka begitu karena sibuk dengan amanah di tempat lain yang lebih membutuhkan mereka. Mungkin saja mereka memang kurang terpaut hatinya, atau kurang tahu mereka harus kerja apa, dan lain sebagainya. Maklum, ada banyak persoalan yang harus disabari dalam jama’ah ini. Justru seharusnya kita sebagai qiyadah dapat lebih sabar dan kuat dalam menyikapi mereka. Memang benar, kita harus mencoba mengerti mereka. Kita harus dewasa dalam menyikapi ‘kepolosan’ mereka. Bagaimanapun kita qiyadah. Ya, betul sekali, kita qiyadah. Tapi, di saat mereka ingin dimengerti, sadarkah bahwa kita pun ingin dimengerti?

Tubuh kita semakin lemas, jika mendapati amanah-amanah yang kita pikul ternyata tidak menunjukkan progres yang jelas, tidak tahu mau dibawa ke mana, dan sampai kapan kita akan terus begini. Kita buta dengan sistem dan tidak dapat menjalankannya. Kenapa? Karena kita belum ada pengalaman sebelumnya. Ingat, kita ‘prematur’! Sementara qiyadah-qiyadah terdahulu belum seutuhnya mewariskan apa-apa yang seharusnya kita dapatkan.

Untuk membuat sistem baru, rasanya berat. Kita menyadari bahwa kita bukan orang yang pandai mengonsep lantaran kita termasuk orang lapangan yang biasa mendapat turunan tugas dari atasan. Atau kita bisa mengonsep, tapi melihat para jundi seperti itu, sepertinya semangat kita jadi hilang dan harapan kita menjadi pupus adanya.

Kalau semua amanah ingin dimengerti, para qiyadah ingin dimengerti, jundi-jundi ingin dimengerti, dan segala tuntutan-tuntutan itu juga harus dimengerti, lantas siapa yang akan mengerti kita?

Seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, maka kita pun demikian. Kita manusia biasa, bukan superman. Penampilan kita yang kokoh bukan berarti diri kita luput dari kerapuhan. Sosok kita yang kuat bukan berarti kita tanpa kelemahan. Ada saat dimana kita ingin dimengerti dan menuangkan semua perasaan penat ini.

Tapi kepada siapa? Teman-teman sepertinya banyak yang kurang mengerti. Kalaupun kita menceritakan ini semua, tidakkah nantinya kita dianggap orang yang lemah? Kita harus menjadi teladan bagi mereka. Jangan sampai mereka antipati karena melihat sisi kelemahan kita. Apalagi sekarang ini sudah zamannya krisis keteladanan. Jelas kita tidak ingin menjadi seperti mereka, kader yang norak karena tak memiliki izzah dan integritas.

Murabbi? Ah, jangankan untuk mendengar curhatan kita, terkadang karena kesibukannya untuk bertemu saja susah. Akhirnya, kita jugalah yang harus mengerti beliau. Rindu rasanya sosok murabbi yang komplit menjalankan perannya sebagai orangtua, pemimpin, guru, dan sahabat.

Orangtua kita? Terkadang tidak semua orangtua itu enak diajak ngobrol. Bahagialah jika di antara kita memiliki orangtua yang supel dan mengerti anaknya. Tapi bagaimana jika mereka adalah orangtua yang temperamen, kolot, dan tidak memahami apa yang kita jalani ini? Ujung-ujungnya, kitalah yang harus melapangkan dada untuk lebih memahami mereka. Kita paham, masalahnya bukan seperti apa mereka pada kita, tapi seperti apa kita pada mereka. Dan karena rasa sayang kita pulalah, kita jadi tak tega untuk menceritakan keluh kesah kita di jalan dakwah ini, khawatir membebani pikiran mereka nantinya.

Lalu ke mana lagi? Facebook? Twitter?  Jejaring sosial lainnya? Ah, apa kata orang-orang kalau kita, yang mereka kenal sebagai aktivis dakwah ini, curhat di statusnya, “Uuuuh, ada gak sieh yang coba ngertiin gw?” Lalu dengan singkat komen pun berdatangan, “Nape lo, dul?” Dan selanjutnya, percakapan yang tidak seharusnya diungkapkan pun terekspos kepada khalayak. Hingga kemudian pihak oposisi dakwah tertawa geli melihat ‘kelucuan’ kita yang tak lucu tersebut.

Kepada suami/istri kita? Itu dia masalahnya. Kalau sudah punya sih enak saja curhat dan saling menguatkan. Tapi kalau belum punya? *Hm...

Jika sudah seperti ini, jangan salahkan kita kalau ada besitan untuk futur, lari dari tanggung jawab dan jadi ‘orang biasa’ dalam menjalani hari-harinya tanpa beban amanah dakwah. Wong kalau kalau jadi ‘orang biasa’ itu kan enak. Karena tidak ada label aktivis dakwah, jadi mau seperti apa juga bebas!

Tapi di saat yang sama, ketika pikiran kita memutar rekam jejak pahitnya dakwah yang kita rasakan, kita tak dapat menepis suara hati yang mengingatkan kita tentang teori-teori cinta dan arti perjuangan sejati. Semua bercampur menjadi proses tadabur, tafakur,sekaligus muhasabah diri. Tanpa kita sadari, kita merefleksikan tarbiyah dan dakwah yang selama ini kita selami. Hingga akhirnya, ‘pertempuran hati’ terjadi:

Mengapa amanah ini diberikan kepada kita?

+ Bukan mereka yang memilih kita, tapi Allah lah yang memilih kita! Karena itu kita adalah orang yang terpilih. Berbahagialah!

Mengapa para qiyadah terdahulu meninggalkan kita?

+ Tidakkah kita sadari, bahwa kita bisa sejauh ini mengenyam nikmat tarbiyah dan dakwah hingga akhirnya kita tahu mana yang baik dan yang buruk, adalah juga karena ‘uluran tangan’ mereka. Tanpa mereka, akan seperti apa kita sekarang? Boleh jadi fisik mereka tidak menemani, tapi tidakkah kita sadari bahwa mereka selalu menyelipkan nama kita di setiap doa rabithahnya?

Mengapa kita dikelilingi para jundi yang kurang ideal?

+ Yakinlah, ada atau tidaknya mereka dakwah ini akan tetap berjalan. Kalau mereka mundur, artinya mereka kalah. Jangan jadikan kelemahan mereka menjadi penyebab kelemahan kita. Kuatlah! Jangan biarkan semangat lingkungan memengaruhi semangatmu, tapi semangatmulah yang seharusnya memengaruhi semangat lingkungan di sekitarmu!

Mengapa kita harus banyak mengerti, tapi mereka tidak pernah mengerti kita?

+ Sadarkah bahwa kemampuan untuk mengerti, belajar, dan memahami orang lain adalah kemampuan yang tidak banyak dimiliki orang lain? Karena kemampuan empati adalah tanda kebeningan hati, buah dari hidayah Illahi. Inilah proses kedewasaan yang Allah ajarkan kepada kita. Hingga ketika kita berkeluarga, menjadi suami, menjadi ayah, menjadi pemimpin, dan lain sebagainya, diri kita sudah siap untuk itu lantaran diri kita lebih arif dan bijaksana dalam bersikap. Mungkin kita yang terlalu su`udzon kepada mereka. Bersabarlah. Syukuri apa yang ada. Lakukan apa yang dibisa.

Mengapa kita tidak boleh futur?

+ Jangan egois. Pikirkan orang lain di sekitar kita. Apakah kita akan membiarkan proses tarbiyah para binaan dan para jundi kita terkatung-katung lantaran diri ini merasa tersakiti? Ataukah kita mau nantinya Allah mencabut nikmat ini dan memberikannya pada orang lain? Apakah kita tega membiarkan segala peluh perjuangan kita berakhir sia-sia hanya karena diri kita tidak kuat berpijak? Apakah kita ingin memasuki masa depan yang jauh dari nuansa tarbiyah dan dakwah? Dan kalaupun ingin futur, hendak seperti apa hidup kita nantinya? Apakah itu menjanjikan kebahagiaan yang sejati?

Mengapa begitu sulit dan berat?

+ Tidak sulit, karena di setiap kesulitan Allah janjikan kemudahan. Tidak berat, karena Allah tidak limpahkan beban melebihi kemampuan kita. Tidak ada masalah yang sulit ataupun berat. Masalah itu kecil selama hati kita besar. Kalau kita merasakan masalah begitu menghimpit dan sulit, itu artinya hati kita sedang menyempit.

Benarkah? Apakah hati kita sedang menyempit hingga mudah sekali kita menemukan alasan untuk lemah dan kalah? Padahal ada banyak sekali kenangan indah dan pengalaman manis yang kita dapatkan selama ini. Mengapa semua itu tidak terlihat oleh kita? Ada apa dengan kita?

Kita sadari semua protes dan keluh kita yang kita ungkapkan ternyata bermuara pada kita sendiri. Kekecewaan kita tak lain adalah bukti ketidakmampuan kita dalam menyibak tabir hikmah yang Allah berikan. Ada yang salah dengan hati kita. Kenapa?

Lama kita berpikir. Mendiagnosa hati. Sampai akhirnya kita bertanya dalam hati: Sudah berapa lama kita tidak qiyamul lail dan tilawah?

Allahu a’lam…

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/03/20/19451/luka-ini-milik-siapa/#ixzz3Oo8E2VjG 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Wednesday, January 21, 2015

"Buah tangan" dari acara Tabligh Akbar: "MEMBANGUN PERADABAN EMAS"

Assalamu'alaykum.
Alhamdulillah, segala puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmatnya kepada kita semua, mulai dari nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, dan segala macam nikmat lainnya yang sampai saat ini masih terus kita rasakan. MasyaaAllah :')
Shalawat serta salam pun tak lupa kita haturkan kepada junjungan besar, Rasulullah SAW yang karena atas perjuangan beliau-lah sehingga kita dapat mengenal serta menikmati betapa indahnya Islam sampai sekarang ini. Semoga kita termasuk umat yang bisa tetap Istiqomah menjalankan sunnah-sunnah beliau serta berjuang membela Islam menuju kejayaan. Aamiin allahumma aamiin :)
Suatu hal LUAR BIASA yang memang patut disyukuri atas segala macam hal yang 'amazing' yang terjadi kemarin (Selasa, 20 Januari 2015). Salah satunya karena atas Kehendak-Nya, aku bisa menghadiri Tabligh Akbar, "Membangun Peradaban Emas" di Masjid Agung Sunda Kelapa. Berikut ini catatan sebagai 'oleh-oleh' dari sana yang didapat langsung dari berbagai sumber terkait. Semoga bermanfaat, khususnya buat diri pribadi :)

Masjid Agung Sunda Kelapa, 2015年01月20日

***

#Muhammad Assad
Pakar Keuangan Syariah - Penulis Bestseller "Notes from Qatar"

Kekuasaan itu dipergulirkan. Saat kita ingin menguasai dunia, maka yang dikuasai sebelumnya tuh selain IMTAQ juga IPTEK.
Negara kaya hanya mengandalkan SDA, sulit menjadi negara maju. Sedangkan negara maju, lebih mengandalkan SDM. Nah, inilah yang bisa digunakan untuk memberdayakan dalam membangun peradaban Islam.
Modal yang paling utama untuk membentuk atau membangun peradaban emas adalah IPTEK. Karena tidak mungkin dalam suatu negara tanpa adanya IPTEK akan bisa menjadi negara maju. Sebagai contoh Jepang. Setelah terjadinya pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, ada salah satu tokoh (saya lupa namanya u.u) yang bertanya. Apa yang beliau tanyakan bukan, "Berapa banyak tentara yang masih tersisa?" atau "Berapa banyaknya persediaan senjata yang masih tersisa?".. tetapi "Berapa banyak guru yang selamat?" Karena guru adalah salah satu 'tokoh' penting pembangun peradaban. Oleh karena itu, Jepang lebih maju dibandingkan dengan negara kita ini.
Untuk melihat bagaimana generasi kita ke depannya, dapat di lihat dari generasi muda saat ini. Jika remaja saat ini adalah remaja yang taat beribadah, rajin shalat ke masjid.. InsyaaAllah ke depannya akan menjadi negara yang 'wah'.. *aamiin allahumma aamiin*

Lebih dari 20% bangsa ini adalah pemuda. Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan untuk kita, tetapi apa yang bisa kita berikan untuk negara. Apabila kita memang berniat untuk memberikan yang terbaik, maka InsyaaAllah segala macam niat baik kita akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Sebatang lidi itu lebih mudah dipatahkan, daripada sekumpulan lidi. Allah menyukai mukmin yang kuat, bukan mukmin yang lemah.
Orang kaya yang shaleh tuh jauh lebih baik daripada orang miskin yang soleh, dalam segi manfaat. Karena orang kaya tuh bisa memberikan manfaat kepada orang yang membutukan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."

Kesuksesan itu adalah hal yang netral. Bagaimana ke depannya itu tergantung dari kitanya. How to reach success with values (meraih sukses dengan nilai):
・POSITIVE
Husnudzan sama Allah atas segala macam Kuasa-Nya yang dia berikan kepada kita. Sebagaimana tertuang dalam hadits Qudsi, "Aku bagaimana prasangka hamba-Ku"
・PERSISTENCE
Istiqomah, usaha, kerja keras, bangkit setelah gagal serta bagaimana seseorang yang sudah jatuh dapat bangun lagi. Lebih kepada proses, bukan hasil. Terkadang kita sudah melewati proses, tetapi hasilnya ngga sesuai dengan harapan. Kalau hal seperti itu memang terjadi, yakinlah bahwa suatu saat nanti segala macam proses yang kita lakukan itu akan membuahkan hasil yang tak kalah luar biasanya. Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan.
・PRAY 
Berdo'a, memohon serta mengharap kepada-Nya. Setelah semua ikhtiar, semua urusan kembali kepada-Nya. Selalu libatkan Allah dalam semua urusan kita.

Values ada 2:
1. Nilai
Tiap orang mempunyai nilai yang berbeda dari orang lain. Bagaimana cara menggunakan nilai ini sehingga kita bermanfaat bagi orang lain.
2. Core Values
Nilai inti sebuah jiwa. Nilai-nilai fitrah yang dianugerahkan oleh Allah saat kita lahir. Nilai inti dari sebuah organisasi atau sebuah badan, sebagai contoh kejujuran. Bagaimana kita dapat membangun sebuah kesuksesan dengan kejujuran.

Kelingking: Bisa memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi tidak untuk lingkungannya.
Jari manis: Bisa memberikan manfaat bagi keluarga.
Jari tengah: Bisa memberikan manfaat bagi sahabat atau saudara.
Jari telunjuk: Bisa memberikan manfaat bagi Agama.
Jempol: Bisa memberikan manfaat bagi dunia.

Ketika kita ditanya, "Siapakah ANDA?"
Maka jawablah bahwa "SAYA adalah seorang MUSLIM dan SAYA adalah orang INDONESIA."

#Ustadz Bachtiar Nasir

FAKTOR-FAKTOR yang dapat membuat Islam menuju peradaban emas:
1. UNIVERSALITAS
Islam bersifat umum dan terbuka. Jangan terpecah dalam berbagai golongan. Jangan ada embel-embel sesudah kata Islam, misal Islam Liberal, Islam golongan ini atau itu. Bahkan Rasulullah saat menegaskan kata Sirothol Mustaqim menarik hanya SATU GARIS LURUS.
2. TAUHID
Sains tidak sama dengan ilmu, tetapi ilmu itu mencakup sains. Kita memiliki dasar tauhid untuk membangun peradaban. Tauhid sebagai ilmu awalan dalam Islam, itu tuh ibarat alamat. Ukuran kesuksesan itu ketika dasar ilmu didasari dengan taat.
Dalam membangun tatanan profesional dalam pandangan sains itu masih ada kekurangan dalam hal moral. Persoalannya ada pada dasar moral. Ilmu sebagai dasar untuk membangkitkan peradaban. Ilmu yang disertai nilai tauhid di dalamnya. Sedangkan sains adalah menuntut ilmu tanpa nilai tauhid kadang tanpa nilai moral. Itulah perbedaan ilmu dan sains.
3. KEADILAN dan MODERASI
Pancasila di Indonesia sudah mulai di-salah-artikan. Sebagai contoh dalam sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa" justru menyimpang menjadi "Ketuhanan" titik, sedangkan lanjutan kalimat pada sila tersebut tidak lagi dipedulikan. Sila pertama tersebut di-salah-artikan menjadi, apapun yang disembah yang penting punya Tuhan. Padahal maksud masih ada lanjutannya yaitu "Yang Maha Esa".
Ada orang-orang yang memaksakan kehendaknya untuk menafsirkan undang-undang yang tidak sesuai dengan hal yang sebenarnya.
4. SENTUHAN AKHLAK
Bukan hanya kemanusiaan yang adil dan beradab, tetapi kemanusiaan yang adil dan beradab di atas persatuan Indonesia. Serta... persatuan pemuda Indonesia yang berilmu dan berakhlak.

#Ustadz Shamsi Ali
(Imam Besar di New York)

Permasalahan yang terjadi dalam peradaban saat ini:
1. Kesyirikan yang merajalela / Penyembahan berhala
Penyembahan berhala yang dilakukan pada masa Jahiliyah tanpa kita sadari saat ini banyak dilakukan dan bahkan lebih parah. Berhala-berhala bernama Rich and Materialistic.
2. Gender
Wanita dianggap sebagai simbol modernity. Berbagai promosi produk tanpa tertinggal sosok wanita (maaf) setengah telanjang disamping produk yang dijual. Bukan lagi perjuangan gender tapi melecehkan nilai dari wanita. Jaman sekarang ini, banyak wanita-wanita yang dikubur hidup-hidup. Tidak secara eksplisit, tetapi dikubur hidup-hidup dengan 'halus' sehingga ngga terlihat jelas. Tanpa kita sadari, sekarang ini kita sedang menghadapi jaman jahiliyah yang mendalam. #Istighfar #Astaghfirullah :"
3. Perbudakan yang merajalela
Pinjaman dana berupa hutang. Lalu menjadi budak bagi negara lain yang menjadi sumber pinjaman.

Bagaimana kita bisa menjadi KAYA tanpa harus menjadi orang yang bersifat materialistik.

Langkah-langkah dalam sebuah perubahan:
- Iqra', MEMBACA
Mengapa Allah memerintahkan Rasulullah untuk membaca, padahal belum ada ayat yang diturunkan? Sebelum melakukan tindakan, baca, pahami, lihat situasi. Beyond the verses of Al-Quran, kesucian Al-Qur'an harus turun dalam realita kehidupan kita. Rasulullah mempunyai mimpi-mimpi besar dan mimpi-mimpi itu dibangun saat bangkit, saat terjaga dan bukan saat tidur. Karena mimpi disaat kita terjaga adalah mimpi yang mampu membangun dunia. Orang yang terkalahkan itu cenderung ikut saja dengan yang menang.
- Ketajaman jiwa
Wawasan yang luas, pemahaman yang cukup tuh tidak akan mencukupi tanpa adanya pendekatkan diri kepada Allah.
Tujuan hidup itu perlu.
- Efektifkan potensi diri yang dimiliki saat ini.
Dari darat sampai laut, negara ini sudah SANGAT luar biasa. Tetapi mengapa rasanya kita tuh ngga maju-maju?
Di dunia ini tuh emang ngga ada yang bisa diterima cuma-cuma, bahkan mukjizat tuh ngga gratis loh. Sebagai contoh, Nabi Musa AS yang diberikan mukjizat oleh-Nya sehingga dapat membelah laut. Tetapi, coba perhatikan.. Nabi Musa AS membelah laut dengan mengetuk-ngetuk tongkatnya ke tanah, kemudian datanglah mukjizat serta pertolongan Allah sehingga lautan pun terbelah. Allah adalah Dzat Yang Maha Segalanya. Sebenarnya Allah bisa saja dengan mudah membelah lautan. Tetapi untuk dapat menyelamatkan kaumnya, Nabi Musa AS diberikan 'syarat' dengan mengetuk-ngetuk tongkatnya kemudian lautan pun terbelah. Oleh karena itu, berdiam diri tanpa ada tindakan tuh ngga akan membuahkan hasil apa-apa.
- Introspeksi diri, koreksi diri serta perbaiki diri
Kemunduran yang ada pada diri kita sendiri itu tuh terjadi karena diri kita sendiri. Jangan terlalu sibuk mengurusi orang lain, tetapi justru lupa buat berkaca pada diri sendiri.
- Membangun institusi, jama'ah islamiyah
Esensi daripada hijrah adalah untuk membangun peradaban global dalam perkembangan Islam. Bangkit dan dekatkan diri pada Allah (nilai spiritualitas). Bahkan negara-negara besar mulai memahami akan pentingnya nilai spiritualitas. Di negara-negara Eropa hampir setiap tahunnya ada 20 ribu mualaf baru di sebuah negara. MasyaaAllah :"

#Ippho Santosa
(Penulis Bestseller 7 Keajaiban Rezeki, owner and founder Khalifah Group)

The Power of Sedekah
Jangankan kita sebagai muslim, mereka yang atheis saja yakin akan kekuatan sedekah. Sedekah-lah sampai uang kita gemetar. Jika ketika bersedekah kita belum ikhlas, maka paksakan saja.
Paksa - Bisa - Terbiasa
Berjuanglah dengan harta dan jiwa. Harta dan jiwa itu setara. Bahkan non-muslim pun percaya akan kekuatan sedekah. Dan sedekah harus dibiasakan. Walaupun awalnya berat lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Dan itu adalah salah satu pembuka pintu langit, melancarkan hajat (harapan), memudahkan terijabahnya doa. Hajatnya besar, ikhtiar besar, doanya besar maka hasil yang didapat pasti akan besar pula. InsyaaAllah :')

Sebuah ikhtiar yang diiringi dengan doa dan sedekah, memiliki kekuatan yang menakjubkan dan mengejutkan. Jarang orang tahu, ternyata sedekah bukan saja mengundang rezeki yang luas, tapi juga mengundang takdir yang baik. Sekali lagi, mengundang takdir yang baik. Nah, untuk lebih jelasnya, simak saja pesan-pesan Nabi berikut ini:

“Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan kemarahan Allah dan menolak ketentuan yang buruk.” (HR. Tirmidzi, hadits no. 664)

“Tiada yang bisa menolak takdir Allah, kecuali doa.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan Ibnu Majah)

“Tiada yang dapat menambah umur seseorang, selain (amal) kebaikan.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

“Bersegeralah bersedekah, karena bala tidak pernah mendahului sedekah.” (HR. Thabrani)

“Sesungguhnya sedekah dan silaturahim itu dapat menambah umur dan menolak ketentuan buruk yang tidak disukai dan ingin dijauhi.” (HR. Abu Ya’la Alhambali dalam kitab Almanawi, hadits no. 4104)

“Sedekah itu dapat mengubah takdir yang mubram.” (HR. Abu Ya’la Alhambali dalam kitab Ibthalutta’wiilat liakhbarishifaat, hadits no. 408)

Sampai-sampai disimpulkan, menolong seseorang yang dilanda kesusahan, sebenarnya menjauhkan kita dari kesusahan. Menolong seseorang yang ditimpa bencana, sebenarnya menjauhkan kita dari bencana. Memudahkan rezeki seseorang, sebenarnya membuat rezeki kita jadi lebih mudah. Tentu, hanya Allah yang mampu memudahkan. Hanya saja, sedekah yang menjadi wasilah atau perantara. Kalaulah kita sampai pelit bersedekah, berarti kita tengah pelit kepada diri kita sendiri. Karena, pada hakikatnya manfaat sedekah itu untuk kita. Salah satunya, mengundang takdir yang baik.

Umar r.a mengatakan, "Wahai pekerja, sisihkan penghasilanmu untuk ladang dan juga kambing."
・BISNIS 
Salah satu contohnya adalah Rasulullah SAW.
・INVESTASI
Salah satu contohnya adalah Khadijah.

UANG itu agar bertambah, maka harus bergerak terus menerus. Kalau hanya diam saja, maka berhentilah uang itu. Bagaimana cara untuk menambah uang itu?
- BISNIS
- SEDEKAH, dengan Mengikhtiarkan dan Mewarisi
Allah tuh membagi secara mendetail mengenai warisan. Itu tuh sebenarnya menghendaki kita meninggal dunia dalam keadaan kaya. Tapi ingat bahwa harta ngga dibawa mati, kecuali harta yang disedekahkan.

Ngga bener-lah pepatah, "Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.." yang bener tuh "Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bosan.." Tapi bukan berarti kita ngga boleh nabung. Menabung itu boleh saja, tapi sekedarnya saja. Oleh karena itu... #YukSedekah :)

Kalau kita mengalami sebuah keberuntungan, yakinlah bahwa itu do'a dari sepasang bidadari. Siapa itu sepasang bidadari? Itulah orang tua dan pasangan kita :)

#Do'a Penutup oleh Ustadz Yusuf Mansyur

Firman Allah SWT:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكِ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ {26} تُولِجُ الَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ {27}

"Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). 
(QS. Ali Imran:26-27)

Firman Allah SWT dalam ayat lainnya:

رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

Rabbanaa afrigh 'alaynaa shabran watsabbit aqdaamanaa waunshurnaa 'alaa alqawmi alkaafiriina.

Ya Tuhan, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami, serta tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir.
(QS. Al-Baqarah : 250)

aamiin aamiin aamiin allahumma aamiin :)
Wassalamu'alaykum.

Sunday, January 11, 2015

"ISTI'AB" - Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah

2015年01月11日

Bagaimana seharusnya kita berbuat dalam dakwah dan tarbiyah kita?
Modal yang kita perlukan:
            * Keyakinan
            * Ke-Istiqomah-an
            * Pengetahuan yang cukup
Keyword: "DAKWAH"
                   → Menyucikan
                   → Membereskan
                   → Mengajak

# Pengertian ISTI'AB
・ Menurut bahasa:
Merupakan daya tampung.
・ Menurut istilah:
Merupakan kemampuan da'i untuk menarik objek dakwah (mad'u) dengan segala macam perbedaan, mulai dari perbedaan intelektual; kejiwaan; status sosial; dsb agar dapat bergabung dalam barisan orang-orang yang menyerukan kepada kebaikan dengan menjalankan perintahNya serta menjauhi laranganNya.

Nah, pertanyaan yang mungkin menjadi permasalahan:
Sudah pantaskah kita untuk mengajak objek dakwah kita?
Berapa banyak orang yang mendukung kita?

# Tingkatan kemampuan ISTI'AB 
Perumpamaan ilmu itu bagaikan hujan yang mengguyur bumi. Dari hujan itu, dapat disimpulkan bahwa:
     - ada air hujan yang jatuh dan menumbuhkan tanaman
     - ada air hujan yang tertahan di dalam, sehingga dapat dimanfaatkan
     - ada air hujan yang bablas dan tidak meninggalkan bekas apapun, justru membuat tanah menjadi tandus karena air tersebut ibaratnya sebatas 'numpang lewat'

Nah, itu tuh ibarat orang yang diberikan manfaat berupa ilmu...
- ada orang yang ketika diberikan manfaat tuh dia menerima manfaat tersebut serta memanfaatkan ilmu yang didapatkan, sehingga dia terpacu untuk terus belajar dan mengajarkannya kepada orang lain
- ada juga orang yang justru malah ngga peduli serta ngga mau menerima ketika diberikan pemahaman atau ilmu
Nah, dimanakah posisi kita?
Apa saja dampak serta manfaat yang sudah kita berikan kepada orang lain, khususnya orang-orang di sekitar kita?

# ISTI'AB Eksternal
    ・ Mereka yang berada di luar dakwah
    ・ Mereka yang berada di luar harakah
    ・ Mereka yang berada di luar organisasi
    ・ Mereka yang belum bergabung

# ISTI'AB Internal
    ・ Mereka yang berada di dalam dakwah
    ・ Mereka yang sudah bergabung

# Tuntutan untuk kita sebagai seorang Da'i
Seorang Da'i itu merupakan magnet sentral yang bisa membuat serta mengajak orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan apa yang telah disyari'atkan. Diantara kriteria atau hal-hal yang menjadi tuntutan seorang Da'i, yaitu:

1. Pemahaman tentang Agama
Pemahaman mengenai Agama tidak hanya sebatas bisa membaca Al-Qur'an, tetapi juga memahami ilmu tajwid serta berkembang untuk mengkaji serta mendalami lebih jauh lagi.
Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan yang intinya:
Ilmu itu didapat dengan belajar. Pemahaman didapat dengan pendalaman. Jika Allah menghendaki baik, maka akan diberikan kepahaman dalam Agama..
Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." [ QS. Saba' : 6 ]

2. Keteladanan yang baik
Pengaruh ucapan itu TIDAK se-efektif pengaruh perbuatan. Maksudnya, kalau kita menyampaikan melalui ucapan, ngga menutup kemungkinan bahwa apa yang kita sampaikan itu 'hanya lewat'. Lain halnya ketika kita menyampaikan sesuatu dengan tindakan / perbuatan yang dirasa lebih efektif ngga sekedar 'hanya lewat'.
Dalam Hadits Riwayat Thabrani disebutkan yang intinya:
Suatu ketika penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka, "Apa yang membuatmu masuk ke dalam neraka?". Maka penghuni neraka justru bertanya balii, "Hal apa yang membuat kalian masuk surga?". Penghuni surgapun menjawab, "Kami belajar dari kalian.." Penghuni neraka berkata, "Kami memang mengatakan, namun tidak melaksanakan".
Maka, janganlah takut untuk menyampaikan.
Ucapkan - Lakukan - Evaluasi
Jangan cuma bisa ngomong doang tapi malah ngga berbuat :"
Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." [ QS. As-Sâf : 2-3 ]
Dalam firman-Nya yang lain:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" [ QS. Al-Baqarah : 44 ]

3. Sabar
Sikap serta kondisi objek dakwah kita tuh memang cukup kompleks dan beraneka ragam. Dengarkanlah mereka, jangan sampai kepentingan pribadi justru mengalahkan kepentingan objek dakwah kita. Pikirkan suatu siasat agar apapun yang kita sampaikan tidak menyinggung mad'u.
Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." [ QS. Ali Imran : 200 ]

4. Lemah lembut
Kasih sayang itu ibarat kita melihat orang yang berada di pinggir jalan dan harus diselamatkan. Apabila kita berbuat kasar, yang ada tuh para mad'u akan lari.
Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan, yang intinya:
Allah Maha Lemah Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan (kepada orang yang mempunyai sikap lembut) apa yang tidak diberikan kepada orang kasar dan yang lainnya.
Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." [ QS. Ali Imran : 159 ]

5. Memberikan kemudahan

6. Tawadhu'

7. Murah senyum serta berkata baik

8. Pemurah

9. Membantu orang lain

Minimal kita tuh bisa membedakan antara yang halal dan yang haram, serta antara yang baik dan yang buruk. Jangan malah terkalahkan dengan alasan 'toleran'. Lihatlah cara dan dampaknya, jangan sampai ada yang ngga baik pada salah satu atau keduanya.

Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Friday, January 2, 2015

SENANDUNG UKHUWAH*

*oleh: Sigma

Diawal kita bersua
Mencoba untuk saling memahami
Keping-keping dihati terajut dengan indah
Rasakan persaudaraan kita

Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka kita jalani semua
Semata mata harapkan ridhoNYA

Sahabat tibalah masanya
Bersua pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan rabithah pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di syurga

Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka kita jalani semua
Semata mata harapkan ridhoNYA

Sahabat tibalah masanya
Bersua pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan rabithah pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di syurga~

Jadikan rabithah pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di syurga~

:')

JALAN JUANG*

*oleh: Izzatul Islam

Ntah mengapa... belakangan ini tuh lagi senang sekali menyimak rangkaian lirik berikut~ :')

...
sabarlah wahai saudaraku
tuk menggapai cita
jalan yang kau tempuh sangat panjang
tak sekedar bongkah batu karang

yakinlah wahai saudaraku
kemenangan kan menjelang
walau tak kita hadapi masanya
tetaplah al-Haq pasti menang

tanam di hati benih iman sejati
berpadu dengan jiwa Rabbani
tempa jasadmu jadi pahlawan sejati
tuk tegakkan kalimat Ilahi

pancang tekadmu jangan mudah mengeluh
pastikan azzam-mu smakin meninggi
kejayaan Islam bukanlah sekedar mimpi
namun janji Allah yang Haq dan pasti
namun janji Allah yang Haq dan pasti...
namun janji Allah yang Haq dan pasti~

semoga rangkaian lirik tersebut dapat memotivasi diri ini agar tetap dan semakin berSEMANGAT dalam berjuang untuk ke depannya~ aamiin aamiin aamiin allahumma aamiin :')